“TILIK” Short Movie Bahasa Jawa Yang Membumi

“TILIK” Short Movie Bahasa Jawa Yang Membumi

“TILIK” Short Movie Bahasa Jawa Yang Membumi

“TILIK” Short Movie Bahasa Jawa Yang Membumi

Halo, sudah lama sekali Aku nggak review film hehehe. Ya maklumlah lagi pandemi kayak gini gak bisa pergi ke bioskop. Meskipun begitu, bukan berarti Aku tak memiliki tontonan. Di masa pandemi saat ini tentu banyak orang yang beralih ke streaming serial dan film yang berbayar atau bajakan. Bahkan sadar atau nggak saat ini, selama pandemi ini Drama Korea begitu laris di pasaran. Sebut aja The World Of Married, Crash Landing On You, Itaewon Class, sampai yang barusan selesai Pshyco But It’s Okay.

Aku memang termasuk orang yang suka nonton drama korea. Cuma semenjak lulus kuliah, dan mempersiapkan diri untuk TA (tugas akhir) jatah drakorku sangat Aku kurangi. Bahkan keblabasan sampai sekarang, padahal dulu candu banget bahkan kalo udah marathon gila banget nyampe makan dan mandi.

Eits… tapi kali ini Aku nggak mau bahas Drakor. Hahaha mumpu masih hangat suasana kemerdekaan alias 17an Aku mau bahas film pendek yang sangat viral diperbincangkan oleh netizen bahkan sempet trending di Twitter. Ya, nggak lain dan nggak bukan itu adalah ‘TILIK.’ Tilik merupakan film pendek yang diproduksi oleh Ravacana Film. Untuk set tempatnya sendiri berlokasi di kota istimewa Yogyakarta.

Aku mau bahas sedikit sipnosisnya.

Kisah ini menceritakan sebuah rombongan ibu-ibu yang hendak berkunjung atau lebih tepatnya menjenguk Bu Lurah yang sedang sakit di rumah sakit kota Jogjakarta. Karena lokasinya yang jauh akhirnya rombongan ibu-ibu itu menggunakan truk angkut barang untuk menuju rumah sakit. Selama diperjalanan, banyak cerita yang mereka sampaikan. Ya, bisa dibilang rumpinya ibu-ibu tentang sosok gadis desa yang bernama Dian. Dalam cerita ada tokoh ibu-ibu yang bisa dibilang “Biang Gosip” bernama Bu Tejo. Nah, sama halnya cerita pada umumnya, ada sisi peran protagonis yang berusaha mengingatkan Bu Tejo untuk tidak asal cerita tentang sosok Dian, dia adalah Yu Ning. Selama perjalanan mereka sering kali berdebat, bahkan sempat karena perdebatan mereka truk yang ditumpangi kena tilang pak polisi. Singkat cerita mereka sampai ke Rumah Sakit, namun karena Bu Lurah masih dalam kamar ICU dan tak bisa dijenguk akhirnya rombongan ibu-ibu itu pulang kembali. Yang sedikit mengejutkan diakhir adalah apa yang diceritakan Bu Tejo ternyata benar adanya.

Setelah menonton film ini, banyak hal yang Aku sukai. Pertama karena Aku orang jawa, Aku merasa sangat related apalagi orang desa umumnya seperti itulah cara ngerumpinya. Mulai dari topik, sampai hal-hal sepele tentang ledekan yang berkaitan dengan informasi di internet sangatlah mirip dengan kondisi ibu-ibu yang ada di rumahku. Kedua, secara nggak langsung film ini mengajarkan kita tentang bahasa krama alus, emang sekarang banyak anak muda yang mengalami kesusahan jika berbicara krama alus, termasuk diriku yang kebiasaan ngomong bahasa Indonesia saat bekerja dan ngobrol dengan teman-teman kuliah. Mungkin Aku paham sedikitlah tentang krama alus, tapi ketika menonton film ini Aku merasa benar-benar diajari. Ketiga, film ini membangun nuansa jawa yang kental. Mungkin bagi orang yang tinggil di luar Jawa Tengah dan Yogyakarta, akan merasakan kehidupan sederhana orang-orang jawa. Keempat, Film pendek berdurasi 30 menitan ini, memiliki alur cerita yang ringan, ringkas, dan sederhana. Meskipun begitu, banyak pelajaran yang kita dapatkan. Seperti, jangan sembarang menceritakan hal yang belum tentu benar, selalu punya empati terhadap orang lain. Serta yang paling utama kita harus ati-ati kalau kemana-mana jangan sampai tahu tetangga, takutnya malah diomongin sampai segitunya, hehehe becanda.

Jujur film ini sangat menghibur, apalagi karakter Bu Tejo. Memang biang gosip adalah peran yang nggak baik dalam hidup bermasyarakat, tapi dalam film ini Bu Tejo-lah yang menjadi attention-nya. Mulai dari cara bahasanya, bahkan ekspresi dan gerakan mulutnya lah yang membuat para penonton terhibur dan merasa sangat related. Bahkan kata temen-temenku “Kek tetanggaku banget!”

Setelah nonton ini, rasanya Aku lebih membumi dengan sekitar dan negara Indonesia ini tentunya. Bahkan karena sangat related, Aku jadi ingat kehidupan di rumah, memang pada umumnya kalau mau jenguk atau tilik orang yang sedang sakit modelnya rombongan gitu, tapi nggak harus pakai truk bis atau mobil travel juga bisa. Setelah nonton Film ini, rasanya film Indonesia tak kalah menghibur dibanding Drakor atau film luar lainnya. Ya, ada baiknya kita menonton film-film seperti ini terlebih dahulu, rehatlah dari Drakor yang mungkin membuat kita baper tapi nggak bisa bikin kita kangen sama kampung halaman.

Nah, itu dia pendapat Aku tentang Tilik. Semoga kalian yang belum nonton, bisa nonton segera mumpu bisa ditonton gratis di YouTube! See You… Eh Sampai ketemu lagi!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *