Posts

5 Tahun Yang Lalu Dari Diriku

5 Tahun Yang Lalu Dari Diriku

Hai, bertemu lagi denganku. Sudah seminggu aku tidak menulis, ya ini karena aku terkena flu dan demam yang alhamdulillah dikarenakan kecapekan dan bukan COVID-19. Minggu lalu Aku pulang ke rumah, dengan rencana menghadiri kawinan teman SMA. Singkat cerita dalam satu hari itu rasanya aktivitasku padat sekali apalagi aku baru sampai rumah pagi dan lanjut kondangan siang hari. Langsung deh badan ngedrop.

Sedikit cerita tentang kepulanganku kemarin. Mengingat konten reuni SEMASA kemarin, Aku membuka lagi buku tahunan, lebih tepatnya buku kenangan SMA SAKRA 2015 (sengaja aku tulis siapa tahu teman SMA-ku ada yang baca ini). Tentu saat membuka buku itu, catatan pertama yang aku cari adalah diriku. Aku melihat fotoku yang menggunakan seragam pramuka, Aku ingat saat itu aku sedang selfie menggunakan kamera digital teman sekelasku. Seperti biasa, di buku kenangan itu tertulis nama, tanggal lahir, hobi, cita-cita, dan pesan-pesan. Di buku itu aku menulis tentang cita-cita sebagai seorang penulis, dan jurnalis. Memang Aku sudah gila dengan tulisan sejak kecil cuma sekedar gila saja tanpa disebarkan.

Jika diingat, kenapa Aku menulis itu? Jawabannya karena aku ingin kuliah di ilmu komunikasi atau broadcasting. Intinya yang nanti bakal jadi broadcaster yang ada di TV gitu, yang mencari berita ke sana ke sini. Menurutku pekerjaan itu keren, apalagi di tahun 2015 hanya sekadar alat komunikasi bagiku. Jadi untuk mencari informasi menarik media eletroniklah yang paling bagus.

Waktu berjalan, apa yang ku harapkan tak terjadi. Aku ditolak universitas sana-sini. Gagal mendapatkan bea siswa, tidak masuk universitas negeri, jurusan yang ku inginkan biayanya mahal, dan orangtuaku belum punya banyak rejeki saat itu. Keinginan untuk melanjutkan jenjang universitas terancam gagal atau diundur tahun depan. Tapi, akhirnya aku menemukan 1 kampus dengan biaya yang murah dan tak jelek-jelek amat. Meskipun jurusannya bukan broadcasting, atau ilmu komunikasi. Tapi ada persamaanlah di sana.

Akhirnya aku masuk UNISBANK dengan jurusan D3-Manajemen Informatika. Aku suka komputer, karena tetangga rumahku memiliki laptop dan aku senang bermain dengan laptopnya selama SMA. Kemudian berlanjut Aku ikut organisasi Internet Club dan bergabung di departemen internal, dimana ada kegiatan jurnalistik di sana. Setidaknya aku memiliki media untuk mengembangkan tulisanku kala itu.

Aku pikir, cita-cita menjadi jurnalis sangat bisa terwujud. Tapi ternyata tidak juga, Aku bahkan sempat WB (Writer Block) Aku tak menulis sama sekali kecuali jika ada tugas dari kampus atau tugas dari IC. Tugas dari kampus pun lebih sulit dikerjakan, maklum saja bahasanya harus baku. Singkat cerita Aku mulai memberanikan diri untuk menulis lagi setelah lulus kuliah. Aku masih berkiblat di cerita fiksi, Aku belum bisa menyampaikan opiniku melalui tulisan dengan baik, seperti sekarang.

Setelah lihat-lihat buku kenangan SMA, aku berpikir lagi. Ternyata apa yang kita tulis saat itu sangat bisa terjadi, meskipun rencanaku 5 tahun lalu tak berjalan sesuai dengan keinginan. Tapi ternyata Tuhan membuat perjalanan kita sedikit berliku agar memberi sensasi seru. Mungkin saat ini aku masih seorang penulis amatir, yang menulis bebas dengan kalimat yang belum efektif. Yang masih senang bercerita dan beropini sesuai dengan kata hati. Tapi setidaknya sekarang aku bisa menjadi jurnalis. Jurnalis untuk julnalku sendiri melalui ceritani.

Meskipun bukan bagian dari pers atau terikat kontrak dengan media apapun. Aku bisa menyuarakan dan menginformasikan sesuatu dari sini. Memang, yang terpenting dari sebuah jurnal adalah value bukan media. Jika ditarik 5 tahun ke belakang, aku mungkin tak menyangka. Betapa sedihnya diriku dulu saat tahu bea siswaku tak lolos, tak ada universitas negeri yang mau menerimaku, dan aku terancam tidak kuliah padahal aku sangat ingin kuliah karena masih ingin belajar.

Tuhan memang sudah merencanakan mimpiku akan terwujud. Cuma jalannya saja yang sedikit berliku. Untuk itu, mungkin dari cerita ini aku belajar lagi. Agar lebih serius lagi dalam menulis mimpi, meskipun tak sesuai ekspetasi tapi Tuhan tahu, apa yang kita mau dan butuhkan saat ini dan suatu saat nanti. Jadi kalau ada satu momen dihidup kita, dan kita diminta untuk memanjatkan doa atau harapan sebaiknya jangan pernah sia-siakan atau diisi sembarangan.

Segitu dulu ya ceritaku hari ini. Aku masih dalam masa pemulihan, sebenarnya sudah sehat. Hanya saja Aku harus mengubah pola hidupku lagi agar lebih baik. See You!

Belajar Nulis: Saat Bikin Buku Tapi Mentok Di Tengah Jalan?

Belajar Nulis: Saat Bikin Buku Tapi Mentok Di Tengah Jalan?

Halo semua! Ketemu lagi di blog Aku ini, hehehe lumayan berdebu memang. Makanya sekarang Aku mau rajin bersihin, biar nggak sepi. Nah, hari ini apa yang harus dibahas? Emm… tulisan aja kali ya, maklumlah setiap hari Aku nulis sesuatu. Entah buat diposting di Sosmed atau buat kerjaan.

Belajar Nulis: Saat Bikin Buku Tapi Mentok Di Tengah Jalan?

Mungkin Aku pernah bilang tentang kisahku yang pernah nerbitin 1 buku. Ya, masih satu sih tapi doain buku ke 2, 3 dan 4 ku segera rilis dalam waktu terdekat. Dalam beberapa pertemuan dengan temen-temen kuliah, beberapa ada yang tanya ‘Mbak gimana caranya nulis tanpa mentok?’ Ya saat itu Aku spontan dan selalu menjawab dengan hal yang sama

‘Pertama diskusi agar memperluas sudut pandang, kedua perbanyak buku bacaan karena setiap buku memiliki ide cerita. Ketiga ikut kelas nulis, ya waktu itu emang aku masih diamanahi buat ngajar nulis.’

Ketiga hal itu sebenarnya bukan omong kosong, itu nyata adanya karena aku menerapkan hal itu untuk mendapatkan ide-ide cerita setiap kali menulis. Tapi, Aku juga pernah mentok di tengah jalan saat tengah menulis buku.

Padahal saat pertama kali menulis buku, Aku selalu menentukan ide dan pesan apa yang ingin disampaikan dari cerita yang akan ku buat. Hal ini penting karena, ini yang menjadi pedoman kita dalam membuat alur yang jelas. Aku juga selalu memvisualisasikan bagaimana karakter yang terlibat, mulai dari bentuk fisik, karakter, hingga latar belakang.

Biasanya Aku membuat cerita berdasarkan perasaanku yang terpendam. Ini bukan berarti Aku menulis buku untuk seseorang agar tahu perasaanku bagaimana. Perasaan yang terpendam seperti kegundahan, keresahan akan sesuatu, atau perasaan yang memang personal buatku, tak melulu tentang cinta. Meskipun terkadang Aku terinspirasi oleh mimpi, namun kebanyakan tulisan yang Aku buat berdasarkan apa yang aku rasakan.

Next, setelah aku menentukan ide cerita dan karakter, aku akan mulai membayangkan titik awal cerita. Selanjutnya, Aku juga mikirin bagaimana klimaks serta resolusi-nya. 3 hal ini penting, karena alur cerita yang jelas akan membantu pembaca kita memahami pesan apa yang ingin disampaikan.

Lalu gimana kalau selama proses menulis kehabisan idelah, gak ada waktu buat nulislah, atau lainnya?

Nah, Aku memang pernah mentok dijalan saat menulis buku. Tapi ada beberapa penyebab kenapa seseorang mentok di tengah jalan. Kehabisan ide? Ya seperti yang aku jelaskan, ada 3 cara yang bisa ditempuh, selain itu dengan menyusun kerangka cerita yang jelas akan memudahkanmu dalam membuat buku cerita. Sejujurnya Aku tidak pernah menggunakan metode membuat kerangka cerita dulu, bagiku itu cukup membatasi imajinasiku. Tapi, buat pemula dan takut kehabisan ide cara ini bisa dicoba.

Gak ada waktu buat nulis? Ini termasuk alasan klasik, dan penyelesaiannya juga klasik. Kuncinya adalah punya kemauan yang besar dan konsisten. Percuma saat kamu punya ide yang besar, atau memiliki jadwal nulis yang terstruktur tapi kamu tak memiliki kemauan dan konsisten terhadap apa yang dikerjakan.

Alasan lain yang membuat seorang penulis mentok di jalan adalah terlalu perfeksionis. Aku mengalami ini, bagi kalian yang masih dalam proses nulis buku. Tentu membuat cerita fiksi akan membuat imajinasi kita semakin liar. Alhasil, alur cerita yang sebenarnya bisa diringkas menjadi berbelit, konflik yang dibuat terlalu banyak, sehingga sulit rasanya untuk menyelesaikannya satu persatu. Saat rasa perfeksionis muncul rasanya konflik-konflik kecil menjadi penting dan lupa dengan klimaks cerita. Untuk itu, keep control dengan diri sendiri dan pesan awal yang ingin disampaikan adalah hal yang penting. Sebuah cerita memang sangat menarik saat melihat karakter-karakternya memiliki masalah, tapi jika masalah tersebut terlalu banyak dan berulang itu akan membuat pembaca lelah. Bahkan penulisnya juga demikian.

Itu dia tips belajar nulis dari Aku, belajar selanjutnya mungkin bisa tentang hal lain. Semoga informasi di atas bermanfaat bagi kita semua ya! Sampai ketemu di ceritaku yang lain.

Ngelangon, Wisata Sederhana Namun Mewah

Ngelangon, Wisata Sederhana Namun Mewah

Ngelangon, Wisata Sederhana Namun Mewah

Ngelangon, Wisata Sederhana Namun Mewah

NGELANGON? Mana tuh? Hahaha Aku tahu tempat itu masih sangat asing bagi kalian. Maklum saja, tempat itu merupakan bendungan atau waduk yang ada di Kabupaten Grobogan, Kecamatan Kradenan. Nah loh, malah tambah bingung.

Hari ini Aku mau bercerita, tentang piknik sederhana yang Aku lakukan bareng Ibu, Mbak, Keponakan, dan rombongan RT 05. Tepat lebur lebaran Hari Raya Idul Adha kemarin, Aku pulang ke rumah. Sebenarnya niat awal pulang adalah nyate, gule, tongseng, pokoknya yang berhubungan dengan daging-daging gitulah. Tapi Failed, karena kebetulan pas hari itu masjid di dekat rumah belum menyembelih kambing. Alhasil Aku makan makanan rumahan. Ya, nggak papa disyukuri aja, lagian Aku juga kangen sama masakan Ibu sendiri.

Nah, sore hari Aku dan rombongan pergi ke Ngelangon. Bagi warga Kecamatan Kradenan dan sekitarnya, mungkin sudah nggak asing. Tapi buat kalian masih penasaran. Seperti yang kita tahu, saat ini semakin banyak desa-desa kreatif. Kenapa kreatif? Karena mereka bisa memberdayakan alam sekitar untuk dijadikan tempat wisata yang lucu dan menyenangkan. Nah, sebagai penduduk yang baik, kita harus mulai mendukung mereka. Caranya berkunjung ke sana dan posting di sosial media, mudah bukan mempromosikan tempat wisata lokal ke khalayak luas.

Sebenarnya di Ngelangon sendiri, ada dua tempat yang bisa dikunjungi, Oh ya kedua tempat tersebut lebih cocok untuk dijadikan liburan bersama keluarga. Karena lokasinya yang tebuka, dan luas jadi aman buat anak. Lanjut, dua tempat yang bisa dikunjungi adalah Ngelangon Forest Camp dan Bendungan Ngelangon.

Sekadar cerita aja, sebenarnya niat awal Aku dan rombongan adalah Ngelangon Forest Camp, tapi sayangnya tutup. Ya, menurut informasi warga setempat wisata itu dibuka untuk hari sabtu dan minggu. Meskipun, Aku warga Kecamatan Kradenan tapi jujur Aku belom pernah ke sana, sedih :’( Yah, akhirnya kami banting stir ke Bendungannya.

Sekedar menggambarkan, Ngelangon Forest Camp, area tempat foto dengan pemandangan bendungan dari atas, di sana juga banyak yang jual jajan. Tempatnya cukup rindang karena dikelilingi pohon jati. Maaf ya nggak bisa ngasih foto tempatnya, tapi kalo kalian cari di google udah banyak kok.

Aku lanjut ke cerita piknik. Di bendungan ini terhampar rerumputan yang mengililingi. Oh ya di sini juga ada jalan beraspal, biasanya digunakan untuk jogging atau bersepeda. Buat temen-temen yang ngajak anak kecil, mungkin harus lebih waspada. Takutnya, anak-anak main ke dalam air dan tenggelam. Bendungan ini tidak terlalu luas, namun cukuplah untuk bermain, di bagian tengah ada daratan kecil seperti pulau. Mungkin kalau musim penghujan tiba, pulau kecil itu bakal tenggelam. Di sini juga ada jajanan kaki 5. Memang di area bendungan kurang menyediakan tempat duduk atau spot foto yang kekinian. Tapi, nggak perlu khawatir, kita masih bisa seneng-seneng dengan naik kapal mengelilingi bendungan. Cukup membayar Rp. 5.000/orang, dalam 1 kapal dapat mengangkut 8 orang dewasa. Jadi cocoklah untuk yang piknik rombongan kek Aku gini.

Oh ya ketika kalian dateng ke Bendungan Ngelangon, jangan kaget kalau ada hewan ternak dan penggembalanya. Di tempat ini memang banyak rumput, jadi beberapa warga sekitar sering angon atau menggembala hewan ternaknya di sana. Tapi kalian nggak perlu takut, hewan di sana nurut-nurut sama pemiliknya kok.

Oh ya saat kalian pergi ke Bendungan Ngelangon ada baiknya bawa tiket, yups karena di sana nggak ada tempat duduk khususnya di bagian dekat bendungan. Bayangin bawa tiket di dekat bendungan sambil makan jadi berasa drama korea bukan? Di sini kita nggak perlu bayar tiket masuk, cukup bayar parkir 2 ribu per motor. Murah bukan?

Loh, tapi mana kemewahannya?

Haha… ini bukan sekadar clipbait. Memang arti kemewahan setiap orang berbeda, kenapa Aku bilang mewah di sini. Ya, bagiku cukup sulit rasanya liburan keluarga dengan banyak orang. Perlu menyiapkan budgetlah, perlu membuat jadwal dulu lah, perlu lihat ramalan cuaca lah. Rumit bukan? Tapi dari piknik ku kemarin Aku belajar, terkadang dengan hal sederhana, spontanitas Aku, Mbak, Ibu dan yang lain bisa pergi bersama. Tertawa, berfoto, dan tentunya bercerita. Meskipun selama piknik Aku yang dengerin cerita mereka. Momen seperti itulah yang membuat piknikku terasa mahal. Karena Aku percaya hal seperti ini, akan jarang Aku alami. Aku harap kalian juga menemukan kemewahan tersendiri saat pergi berlibur, entah itu sendiri, berdua, atau bersama-sama.

Ngelangon, Wisata Sederhana Namun Mewah Ngelangon, Wisata Sederhana Namun Mewah Ngelangon, Wisata Sederhana Namun Mewah Ngelangon, Wisata Sederhana Namun Mewah

Semoga dengan apa yang Aku ceritakan bisa menginspirasi kita semua! See You.

 

Perempuan Tanah Jahanam, Taste Pertama Nonton Film Joko Anwar

Perempuan Tanah Jahanam, Taste Pertama Nonton Film Joko Anwar

Perempuan Tanah Jahanam, Taste Pertama Nonton Film Joko AnwarPerempuan Tanah Jahanam, Taste Pertama Nonton Film Joko Anwar

Seperti yang telah kita tahu, Joko Anwar merupakan salah satu sutradara kondang milik Indonesia. Karyanya sudah dilihat oleh jutaan orang, masih ingat film bergenre yang horror “Pengabdi Setan” atau film superhero Indonesia yang baru beberapa bulan kemarin rilis “Gundala.”

Aku memang belum pernah menonton Film Joko Anwar, tapi Alhamdulillah kemarin aku berkesempatan menonton salah satu karya terbarunya “Perempuan Tanah Jahanam.” Sebenarnya sebelum menonton aku memang menonton review dari “Cine Cribe.” Jadi bisa dibilang dapet bocoran sedikit.

Jujur saja, aku sebenarnya bukan orang yang menyukai film horror atau thiller. Aku lebih cocok dengan genre romance, drama atau comedy. Namun karena penasaran dengan taste dari Joko Anwar akhirnya aku memberanikan diri.

Sipnosis singkat

Kisah film ini mengangkat cerita tentang Maya seorang gadis yang awalnya bekerja sebagai karyawn gerbang tol. Rasa deg-degan mulai muncul saat ada seorang pria yang meneror Maya, apalagi dengan membawa sebuah golok dan hendak membunuh maya (jujur mungkin sebelah bangku ku merasa terganggu dengan jeritan selama adegan kejar-kejaran). Diperlihatkan pria tersebut mencoba untuk menggoreskan sebuah bekas luka yang ada di bagian paha Maya. Setelah kejadian itu Maya pun berhenti bekerja dan memilih untuk memulai usaha berdagang pakaian bersama sahabatnya Diny. Namun yang namanya nasib tak ada yang tahu, usaha mereka tak berjalan lancar dan terancam gulung tikar.  Dibalik foto keluarga tersebut tertulis nama “Rahayu” dimana Bibi Maya berkata nama itu adalah nama aslinya.

Di usianya yang 25 Maya menemukan foto lamanya bersama Ayah dan ibunya, di dalam foto Maya sepertinya tinggal dalam sebuah rumah yang besar. Ia dan  Diny akhirnya memutuskan untuk pergi ke kampung halaman demi rumah tersebut. Niat mereka ingin menjual rumah dan menjadikannya modal usaha yang lebih besar justru menjadi sebuah petaka.

Kedatangan ke kampung halaman

Desa Harjosari adalah desa terpencil yang begitu lekat dengan budaya jawa, dalam film digambarkan suasana desa yang sangat tradisional. Tanpa ada jalan aspal, kendaraan bermotor, bahkan listrik. Bukan hanya itu desa tersebut sangat terkenal dengan budaya wayang dan dalangnya Ki Saptadi

Namun dibalik semua itu ternyata desa mengalami kutukan selama 20 tahun. Setiap bayi yang lahir mereka tak memiliki kulit, akhirnya selama 20 tahun tak ada anak-anak yang bermain atau lahir di sana. Kedatangan Maya dan Diny ternyata tak disambut baik, tatapan mereka seakan mematikan. Hingga konflik pun muncul. Niat awal mengelabuhi warga dengan menyamar sebagai mahasiswa dicurigai, apalagi saat seorang warga menghampiri Diny. Mereka mengatakan jika berkas rumah telah disimpan dan akan diserahkan kepada hak waris yaitu Rahayu. Diny tahu jika Rahayu itu adalah Maya. Ia bersikap tamak, akhirnya ia mekaui jika dirinya lah si Rahayu. Namun bukan warisan yang didapatkan namun kematian.

Bagian sadis yang harusnya gak ngajak anak-anak

Ia harus digantung terbalik, salah satu adegan yang sulit dilupakan adalah saat ibu dalang Ki Saptadi menjemur kulit manusia bagian dada dan punggung. Yang diketahui jika itu adalah milik Diny, Maya berusaha mencari Diny hingga akhirnya bertemu Ratih. Ratih adalah salah satu warga yang bersikap baik, dan menolong Maya untuk keluar dari desa.

Setelah pelarian satu hari satu malam akhirnya semua rahasia terbongkar, Disaksikan seluruh warga desa. Maya harus mengorban kan nyawanya, namun ternyata kutukan berhasil dicabut. Dan ternyata dalang dibalik kutukan ini adalah Ibu Ki Saptadi.

Pendapat mengenai Film ‘Perempuan Tanah Jahanam’

Banyak adegan yang sangat melekat dalam memori. Namun menurutku nasari mengenai masa lalu dan cara untuk mencabut kutukan di sampaikan dengan terpaksa banget. Apalagi diletakan di bagian dua pertiga akhir, melalui sebuah narasi cerita yang cukup panjang.

Bahkan ada beberpa adegan yang menurutku cukup menganggu seperti Ibu dalang Ki Saptadi yang menari-nari. Mungkin itu maksudnya salah satu ritual namun entah mengapa adegannya gak pas dengan narasi yang dibacakan. Meskipun perlu diakui jika aktingnya bagus.

Bukan hanya itu, Ario Bayu yang memerankan Dalang menurutku sangat kurang medok bahasa Jawanya. Padahal Asmara Abigail (Ratih) cukup bagu mendalami sosok gadis jawa apalagi saat bilang “ASU!” waw… sebenarnya jika Ario Bayu sebagai tokoh bapak yang memiliki anak berusia 25 tahun (Maya alias Tara Basro) memiliki wajah yang terlalu muda. Ya… ajah Ario Bayu masih terlihat seperti pria usia 30an atau 40 tahun awal.Perempuan Tanah Jahanam, Taste Pertama Nonton Film Joko Anwar tiket

Namun ada hal yang perlu aku salutt dari film ini, terutama backsound. Kearifan lokal begitu terasa melalui lagu gamelan dan sinden. Selain itu, adanya porsi warga desa setempat ternyata juga semakin memperkuat nuansa desa jawa. Aksara jawa, gamelan, bahasa lokal merupakan salah satu cara cerdas untuk memperkenalkan budaya jawa pada penonton terlepas jika ini adalah film bergenre horror, thiller. Film yang cukup recommend untuk kamu yang ingin merasakan horrornya Indonesia. Namun yang perlu diingat jangan ajak anak kecil untuk menonton film seperti ini karena ada adegan yang tidak baik untuk tumbuh kembangnya.