Posts

Gadis Dengan Garis Senyum Yang Panjang

Perempuan Dengan Garis Senyum Yang Panjang

Perempuan Dengan Garis Senyum Yang Panjang

Gadis Dengan Garis Senyum Yang Panjang

Sumber Gambar : Photo by Christian Gertenbach on Unsplash

Aku sudah mengenal Tiara, gadis dengan garis senyum yang panjang. Namanya indah dan wajahnya selalu cerah. Aku sudah mengenal Tiara sejak kami sekolah di SD yang sama, belajar di tempat bimbel yang sama hingga akhirnya tepat 15 tahun Aku mengenalnya.

Seandainya dulu ku dengarkan kata orang kalau “Jangan berteman dengan lawan jenis kalau nggak mau terjebak friendzone.” Dan inilah kondisinya sekarang. Mengenal Tiara sejak kecil membuatku menaruh simpati padanya perlahan. Masih terbayang di kepala saat Tiara masih menangis karena diganggu kakak kelas waktu SMP atau jatuh saat naik sepeda di lapangan tenis kompleks.

Tiara, Tiara, Tiara… simpatiku kini berubah menjadi cinta. Cinta yang mungkin dirimu sendiri tidak tahu, cinta yang bahkan tak kamu sadari. Jangan bayangkan Aku dan Tiara memiliki hubungan dekat seperti sahabat yang digambarkan di novel atau film romantis.

Aku dan Dia hanya teman biasa, yang bicara secukupnya, dan saling menundukkan kepala saat berpapasan di jalan. Kami saling berkomunikasi saat ada keperluan penting entah terkait pelajaran di sekolah, amanah orangtua, atau pekerjaan.

Oh ya sebelumnya perkenalkan Aku Reno. Rumahku terletak tak jauh dari rumah Tiara. Meskipun satu sekolah, satu kantor dan satu lingkungan tempat tinggal kami tak pernah jalan berdua. Dia dijemput oleh pacarnya, Aku naik motor sendiri di belakang sambil membayangkan akan ada satu hari dimana kamu duduk membonceng motor ini.

“Minum air anget lagi?” Sapaku basa-basi.

“Iya, mari..” jawab Tiara singkat dan pergi begitu saja.

Sebenarnya Aku sudah tahu, bahkan hafal. Setiap hangat dia selalu minum air hangat di pantry, Aku juga hafal takarannya. 1/3 gelas air panas 3/4 air biasa, Tiara selalu minum air hangat entah cuacanya panas atau dingin. Entah sedang sakit tenggorokan atau sehat-sehat saja. Tiara lebih senang mengambil air hangat sendiri dibanding meminta bantuan OB. Tiara takut jika air hangat yang dibuat terlalu panas atau terlalu dingin.

Aku telah mengamati Tiara selama ini. Perasaanku terhadapnya semakin mendalam, andai ada satu momen sekali seumur hidupku untuk menyatakan perasaan cintaku padanya. Aku tak akan melewatkan itu, tak peduli apakah akan diterima atau ditolak.

Tapi Aku sadar, banyak orang yang menyukai Tiara. Hampir semua devisi di kantor ini mengetahui siapa Tiara, dan hampir sebagian besar berusaha merebut hatinya. Maklum saja, Tiara terkenal bukan karena wajahnya yang cantik. Dia punya nilai yang bagus, jiwa kepemimpinan yang baik terhadap tim, ramah dengan siapapun, bertanggung jawab penuh atas pekerjaan, dan berani berargumen. Aku tahu itu, karena banyak teman-temanku di kantor yang meminta tolong untuk mendekatkan mereka dengan Tiara. Tentu Aku menolak keras permintaan itu.

Aku saja tidak mampu mendekati Tiara, bagaimana bisa menolong mereka. Kalaupun bisa Aku sangat tidak ikhlas. Sore ini, cuaca sedikit mendung. Sepertinya akan hujan lebat, Aku melihat lamaran cuaca di Hp-ku. Sekitar pukul 18.00 WIB akan terjadi hujan deras. Padahal di jam itu, banyak karyawan yang pulang.

Tiba-tiba Tiara berada di sampingku. Kami berdua melihat cuaca sore ini di jendela yang sama. Aku melirik wajahnya sedikit. Tampak raut wajah yang cemas, tapi apa yang perlu dikhawatirkan jika Dia dijemput oleh pacar yang mengendarai mobil.

Kali ini Aku tak menyapanya. Kami memang sedikit berbicara, lagi pula Aku sudah tahu apa yang akan Dia jawab. “Iya..” hanya kata itu saja yang selalu Tiara ucapkan setiap kali Aku berbicara kepadanya tentang hal apapun.

Hujan mulai turun. Pekerjaanku tinggal sedikit, satu per satu karyawan pulang. Tinggal Aku yang masih bertahan di ruangan ini. Rasanya ingin segera menyusul pulang, tapi di luar masih hujan deras dan pekerjaanku tak selesai.

Tepat 18.30 hujan mulai mereda, pekerjaanku juga sudah selesai. Aku mematikan Laptop dan membereskan meja kerjaku. Aku turun ke loby kantor untuk melakukan absensi.

Di depan mataku, ada mobil yang tampaknya tidak asing. Itu mobil pacar Tiara, dari depan kantor Aku melihat siluet orang yang sedang bertengkar. Pertengkarannya sepertinya hebat. Aku sedikit penasaran. Tapi jangan deh, siapa diriku yang ikut campur kehidupan cinta orang lain. Meskipun Aku mencintai Tiara diam-diam, tapi Aku juga tak punya hak atas urusan cintanya.

Aku menuju parkiran motor.

BRAKK suara benturan yang cukup keras. Tiara keluar dari mobil pacarnya. Tiara kehujanan, sedangkan pacarnya pergi meninggalkan Tiara dengan kecepatan tinggi. Tiara menepi di depan gedung, rambuh dan bahunya basah.

“Aku bawa helm dua” ucapku sedikit memberanikan diri. Dengan membawa motorku, ku tawarkan ia tumpangan untuk pulang ke rumah.

Wajahnya seperti cuaca hari ini, mendung dan hancur. Aku memang tak pandai menghibur, tapi setidaknya Aku ingin menemani Tiara menangis sore ini. Pertengkaran dengan kekasih tentu menyakitkan, setidaknya itu kata orang-orang.

“Maaf Ren, Aku udah pesen taksi.” Ucapnya sambil tersenyum lebar dan menunjukkan wajah kuat.

 

 

Kelas Nulis Virtual Bareng IC: Mengubah Patah Hati Jadi Cerita Fiksi

Kelas Nulis Virtual Bareng IC: Mengubah Patah Hati Jadi Cerita Fiksi

Kelas Nulis Virtual Bareng IC: Mengubah Patah Hati Jadi Cerita Fiksi

Kelas Nulis Virtual Bareng IC: Mengubah Patah Hati Jadi Cerita Fiksi

Halo semua! Hari ini aku mau cerita tentang pengalamanku semalam. Ngapain coba malem jumat? Nggak kok, nggak aneh-aneh.

Beberapa hari yang lalu, gak tahu kenapa rasanya kangen bet sama kegiatan sharing gitu. Jujur Aku termasuk orang yang selalu semangat kalau acara sharing dengan topik yang menarik (menurutku) entah diposisi peserta ataupun pengisinya. Nah kemarin malam, tepat malam jumat Aku mengajak anak-anak IC (Internet Club) buat bikin kelas kepenulisan secara virtual.

Setelah aku dan anak-anak IC setuju buat bikin kelas nulis bareng, akhirnya kami nentuin tanggal dan memulainya semalam.

Secara teknis acaranya seperti acara pada umumnya, sharing 30 menit dan tanya jawab 30 menit. Untuk materi yang aku bawain, itu hampir sama dengan artikel yang aku post beberapa waktu lalu, mengubah patah hati jadi cerita fiksi.

Oh ya Aku masih ingat bagaimana reaksi orang-orang saat tahu judul acaranya seperti demikian. Semua orang pikir jika materi yang aku bawakan itu materi galau. Aku senyum-senyum sendiri lihat respon mereka. Ya, aku tahu, dan aku sengaja minta anak IC buat ngasih judul acara gitu. Ya mau bagaimana, topik galau selalu menyedok perhatian orang-orang. Maklum lebih banyak orang yang patah hatinya dibanding yang jatuh cinta.

Ini jujur sih 2 malam menjelang hari H aku belajar. Ngeresume tulisanku dari blog dan baca ulang buku langkah awal menulis buku fiksi yang aku beli di bazar buku tahun lalu. Ya, Aku diajari “Saat ngisi acara jangan hanya omong kosong. Tapi harus ada isi” setelah mendengar pernyataan itu, aku mulai paham. Jika mendapatkan amanah sebagai pengisi bukan hanya sekadar panggung namun tanggung jawab. Untuk itu Aku harus mengisi ulang otakku, berharap jika apa yang aku sampaikan bisa menjawab rasa penasaran audiens.

Aku sebenarnya nggak menargetkan jumlah peserta yang bakal ikut kelas. Cuma info yang aku dapet sekitar 20 orang, tapi ternyata jumlah peserta semalam mencapai 30 orang. Aku gak nyangka apalagi terlihat mereka banyak yang antusias. Aku berharap pertanyaan mereka aku jawab dengan baik :’)

Setelah 1 jam lebih 15 menit kelas selesai. Tak lupa Aku menutupnya dengan sajak. Bukan Riski namanya jika tak memberi virus baper ke dunia. Hahaha…

Aku banyak belajar dari acara ini. Meskipun aku di sana sebagai pengisi namun aku belajar jika diriku harus memperdalam public speaking lagi. Meskipun bukan di atas panggung, tapi sensasi deg-degannya masih terasa. Bahkan keringatku sampai keluar banyak dan membasahi jilbab. Aku juga sadar jika kata yang aku sampein ke temen-temen masih bundel. Dan aku harap kalian paham maksud aku. Aku juga sadar, Aku juga harus latihan pernapasan, hahaha… ngomong 30 menit tanpa minum ternyata ngabisin suara juga.

Udah dulu ya ceritaku hari ini, semoga ada kelas-kelas nulis lainnya yang bisa diikuti orang-orang bukan hanya anak IC saja. Mungkin di antara kalian juga bisa! See You!

Susah Senangnya Jadi Content Writer

Susah Senangnya Jadi Content Writer

Susah Senangnya Jadi Content Writer

Susah Senangnya Jadi Content Writer

Halo, hari ini sesuai janji di konten belajar nulis sebelumnya, kalau Aku bakal jelasin bagaimana sistem kerja content writer. Well, sebelumnya Aku kan udah bahas ya gimana mengubah patah hati menjadi cerita fiksi. Cielahh, sebenarnya menulis pada dasarnya sama sih. Mau itu nulis fiksi ataupun non-fiksi.

Cuma saat menulis fiksi dan artikel biasa, kita butuh sudut pandang yang berbeda. Hal itu juga berlaku loh, saat kita jadi content writer dan blogger. Kalau ditanya susah mana, jujur menulis fiksi lebih susah dibanding menulis artikel.

Menulis fiksi perlu imajinasi, dan sebagai penulis cerita kita harus bisa memvisualisasikan tempat, karakter, konflik, dan lain-lain. Butuh waktu dan komitmen untuk menyelesaikan ceritanya. Meskipun fiksi bisa dibuat versi cerita pendek, namun tetap saja. membuat cerita awal hingga mengakhirnya sesuai keinginan dibutuhkan fokus dan komitmen.

Nah balik lagi dipembahasan susah senangnya jadi content writer. Pada dasarnya, semua pekerjaan pasti ada susah senangnya. Karena Aku emang suka nulis dari kecil, jadi menurutku pekerjaan ini Aku nikmati. Ya, bekerja sesuai dengan apa yang kita sukai tentu menyenangkan bukan, meskipun ternyata hal itu nggak semudah yang kita kira.

Pertama kali Aku menjadi content writer sekitar bulan November 2018 silam. Saat itu aku baru lulus kuliah. Jujur Aku masih kerja part time saat itu, sambil nyari pekerjaan tetap di perusaah tertentu. Kemudian, salah satu temanku menawarkan pekerjaan ini. Saat itu, masih sekadar freelancer. Dulu, artikel yang ku buat sebanyak 5 buah artikel dengan jumlah kata 500, dan itu harus dikirim setiap minggu. Jujur pertama deg-degan sih, ya maklum saat itu aku masih nge-blog lewat steemit (platform blockchain gitulah…) dan di akun steemit itu pun aku juga lebih banyak cerita tentang fiksi.

Di bulan pertama rasanya membuat seratus kata itu susah banget. Setiap pulang kerja part time aku selalu lanjut nulis. Jujur Aku selalu bingung mau nyusun gimana? Ini tulisannya enak dibaca apa nggak? Ini nanti termasuk kena plagiasi nggak? Segala ketakutan Aku rasain saat menulis. Untunglah, di bulan-bulan berikutnya aku mendapatkan treatment yang berbeda, seperti diberi referensi website, yang bisa jadi sumber konten. Saat itu mulai rasanya sedikit ringan. Selama jadi content writer aku cenderung menerapkan konsep re-write.

Sebenarnya ada dua teknik copy writing yang bisa kita pake, yakni:

  1. Re-write (menulis ulang artikel dari 2 situs website yang menjadi referensi dengan gaya bahasa kita sendiri sehingga menciptakan artikel yang baru.)
  2. Translate (Kita mengambil artikel atau jurnal asing yang kemudian kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia, dan disusun kembali menjadi kalimat yang enak dibaca).

Seiring berjalannya waktu Aku jadi terbiasa. Sekitar 4-5 Aku freelancer menjadi content writer website orang. Hingga akhirnya di pertengahan tahun 2019 Aku bekerja tetap sebagai content writer di sebuah kantor.

Awalnya senang dong, tapi beda freelance beda pekerja tetap. Jika freelancer hasil artikel yang diminta masih sedikit dan deadline-nya per minggu. Sekarang tantangan bertambah, setiap hari aku harus membuat 5 artikel sesuai keyword yang diberikan. Awalnya susah, namun lama-lama kebiasa. Hingga akhirnya jumlah artikel ditambah jadi 7 artikel perhari.

Selain jumlah artikel yang ditambah, tapi jumlah katanya juga. Pertama 500, 600, 800, hingga 1000 bahkan 1200. Memang setiap keahlian harus diasah bukan. Cara mengasahnya tentu dengan memberi tantangan pada diri.

Bagi  kamu yang suka dengan bidang kepenulisan mungkin pekerjaan content writer sangatlah cocok. Karena disini kamu akan belajar banyak. Seiring banyaknya pengalaman menulis secara nggak langsung kita akan lebih banyak membaca. Kita lebih banyak sudut pandang tentang sesuatu, bukan hanya kecepatan dalam menulis saja yang meningkat, namun kita bakal lebih lihai lagi dalam menyusun kalimat yang efektif dan memilih kata yang cocok.

Selain itu, bagi kamu yang juga content writer dan suka nulis cerita fiksi. Kamu beruntung, seperti yang aku bilang saat kita banyak membaca dan mendapatkan banyak sudut pandang. Kita bakal banyak ide-ide. Akan lebih mudah bagi kita buat menyusun cerita dan ide akan semakin liar. Dan aku alami sendiri, meskipun bukan dari keresahan hatiku. Tapi karena banyak menulis artikel tentang topik tertentu aku jadi paham (meskipun hanya kulit) tentang isu tertentu di masyarakat. Tentu itu bakal jadi hal seru kalau dibuat versi fiksinya.

Oh ya, sebagai content writer tentu proses menulis gak selamanya lancar. Dulu waktu awal aku selalu menjadi 100 kata sebagai takaran aman. Maksudnya aku nggak bisa santai kalau jumlah katanya belum 100. Tapi aku juga pernah ngalamin yang namanya “Eh selesai?” ya nulis berapapun kata rasanya enteng banget. Itulah pengalaman, hehehe semoga dengan apa yang aku bagi sekarang bisa jadi hal yang bermanfaat bagi kita semua. See You!

#Sajaklara: Jingga Batas Pantai

#Sajaklara: Jingga Batas Pantai

#Sajaklara: Jingga Batas Pantai

 

#Sajaklara: Jingga Batas Pantai

Hari ini adalah hari spesial buatku, tepat tanggal 22 Desember 2019, Sahabat terbaikku Milo berulang tahun ke 18. Aku dan Milo telah bersahabat sejak duduk dibangku sekolah Dasar. Oh ya, sebelumnya perkenalkan, Aku Lila. Aku dan Milo sudah saling kenal, sejak SD kami selalu berangkat sekolah bersama. Maklumlah Ayahku selalu mengantar kami berdua ke sekolah. Rumahku dan rumah Milo sangat dekat ya, hanya berjarak 3 rumah saja.

SD, SMP, hingga SMA kami selalu bersama. Satu kelas, bahkan satu bangku. Sesuai janji, hari ini kami akan merayakan pesta bersama. Jangan pikir Aku dan Milo, merayakan pesta mewah di tempat fancy layaknya anak remaja zaman sekarang. Kami berdua memiliki prinsip yang sama, yakni Jangan suka pamer kekayaan orangtua. Jadi dibanding membuang-buang uang untuk hal yang tidak penting atau sekadar eksis di media sosial, lebih baik pergi ke tempat lain.

Sore ini kami berjanji, untuk pergi ke Pantai. Melihat sunset sambil menyantap jagung bakar. Jangan kira kami berdua ini, berpacaran. ‘Kita, masih bersahabat, dengan baik. Selamanya akan seperti itu’, begitulah kata Milo setiap kali Aku merasa sedih dan butuh teman bercerita.

“Lo, pastiin kita nggak kena macet ya. Aku nggak mau kita nggak sempet lihat sunset.” Ucapku dari belakang punggungnya. Milo masih tak menyahut, suaraku lebih pelan dibanding suara angin sore ini. Aku mendekat, sampai akhirnya ku sandarkan daguku pada bahunya yang lebar. Ku ulangi kalimat yang sama seperti Tadi.

“Lo, jangan sampai kita kena macet, nanti nggak keburu lihat sunset.”

“Udah tenang aja.”

Aku selesai berbicara, tapi daguku masih bersandar di bahu Milo.

Kami melewati jalan-jalan tikus agar terhindar dari lampu merah. Milo memang jagonya lincah, ia selalu pandai mencari jalan tikus di kota Madya Semarang ini. Padahal Aku yang sejak lahir tinggal di sini tak paham betul jalan-jalan kecil yang ada di kompleks rumah.

Sampai. Milo memarkirkan motor, semilir angin berhembus. Pantai ini tidak terlalu ramai, hanya segelintir orang yang datang untuk menikmati sore. Pantai Marina, pantai ini biasanya dijadikan tempat jogging oleh warga Semarang, kadang setiap perayaan Tahun Baru tempat ini selalu penuh karena ada konser musik. Kami duduk bersebelahan, saling menatap laut lepas.

Aku menghela napas, “Haahh… Indahnya langit jingga.”

“Iya, mau makan jagung bakar?” tawar Milo. Aku menganggukan kepala penuh semangat.

Milo beranjak dan membeli jagung bakar. Aku masih memandang laut lepas. “Nih.” Tak butuh waktu lama jagung bakar hangat sudah siap disantap.

“Sorry, Aku cuma bisa traktir kamu jagung bakar.”

“Jagung bakarnya enak kok, jadi nggak masalah. Lagian, tiap hari kamu tratir aku, makan di kantin, beliin es krim, pas lagi ngerjain tugas, dan kalo main ke rumah. Setiap pergi sama kamu, Aku selalu seneng.”

“Syukurlah. Aku juga seneng kalo kamu seneng.”

Jagung bakar kami habis, langit jingga kini semakin menitis. Bagiku ini adalah momen yang romantis, Aku tak peduli siapa yang bersamaku. Apakah itu Milo sahabatku, ataupun orang lain. Aku menyukai langit jingga di ujung garis laut depan sana.

“La, setelah lulus nanti kamu mau ngelanjutin kuliah dimana?”

“Aku mau di kedokteran UGM atau nggak UNDIP. Kamu?”

“Belum tahu. Masih bingung”

“Kok belum tahu, padahal sebentar lagi UN. Terus Ujian Masuk Perguruan Tinggi kok masih bingung sih.”

“Iya ya, hmmm… Mungkin kamu boleh cerita kenapa kamu pilih kuliah kedokteran. Siapa tahu itu bisa bantu Aku.”

“Emmm. Pertama, Aku suka materi Biologi, Kimia, dan Fisika. Kedua, Aku termasuk siswa yang cerdas di sekolah. Ketiga, Aku mau nolong orang dengan cara ini. Aku emang pengen punya pekerjaan yang nggak cuma menghasilkan uang, namun juga ada visi sosialnya. Dokter itu pekerjaan mulia, dan dikagumi banyak orang. Jadi Aku ingin dan sangat bersemangat untuk menjadi dokter.”

Milo tertawa kecil, dia seperti meledek. Aku menegurnya dan sedikit marah, tapi ia berkata tidak bermaksud begitu. “Baru cerita soal alesan aja kamu udah seneng banget, gimana kalau masuk beneran.”

“Pasti bahagia banget.”

“Meskipun itu artinya kita nggak sama-sama lagi.”

Senyumku menurun. Aku sadar apa yang dikatakan Milo barusan. Aku masih belum bisa membayangkan menjalani masa kuliah tanpa ada Milo.

“Aku bakal ke Ausie La. Aku udah keterima di sana.”

Jantungku serasa berhenti. Berita baik yang sebetulnya tak ku sukai. Aku, Senang Milo bisa sejauh itu, tapi Aku masih ingin terus di samping Milo.

“Bagus, kamu hebat.”

“Kamu nggak memohon Aku buat nggak pergi.”

Aku menggeleng. Meskipun sangat ingin mengatakan jangan pergi, Aku adalah teman baik untuk Milo. Aku nggak mau ngalangin sahabat yang ingin sukses.

“Maaf ya La. Aku harus pergi dan ninggalin kamu.”

Aku tersenyum, “Masih ada Skype, WA, dan media sosial Lo. Kenapa harus ngerasa berat ketika teknologi membuat kita dekat.”

“Karena Aku sayang sama kamu.”

“Kamu bilang kita bersahabat, kita akrab, dan kita tumbuh bersama. Tapi, kenapa sekarang kamu bilang sayang?”

Milo masih diam. Ia masih kaku.

“La, semua orang akan jatuh cinta kepada lawan jenisnya jika ia terus bersama. Kamu bukan hanya cewek yang nebeng di motorku setiap berangkat dan pulang sekolah, kamu bukan hanya temen belajar setiap ada PR dari guru, kamu bukan hanya tetangga yang selalu gangguin Aku setiap hari minggu. Kamu adalah orang yang selalu ada untuk Aku.”

Aku bingung harus menjawab apa. Perasaanku terhadap Milo menjadi aneh, Aku sayang dengan Milo. Tapi Aku tak yakin rasa sayangku kepadanya sama seperti apa yang ia rasakan padaku. Aku masih tak bisa berkata apapun saat ini.

“La, mau jadi pacar Aku?”

“Kita belum dewasa Lo. Kita masih…”

“Anak-anak? Kita udah sama-sama 17 tahun.”

“Dewasa artinya apa sih Lo? Apa cuma kita yang udah dapet KTP atau ngerayain Sweet Seventeen? Dewasa bukan persoalan angka Lo. Dewasa artinya kita harus tanggung jawab dengan apa yang kita pilih.”

“Dan Aku milih kamu La, buat jadi pacar Aku.”

Aku bingung. Mungkin iya, Aku menaruh perasaan sayang sedikit kepada Milo akhir-akhir ini. Tapi untuk berpacaran, bahkan untuk pacaran jarak jauh aku belum yakin akan sanggup menjalaninya.

“Kenapa kita nggak sahabatan aja selamanya Lo. Aku belum siap untuk kita pacaran, apalagi LDR. Akan ada banyak kesalahpahaman, pertengkaran, dan akhirnya kita putus. Merasa asing satu sama lain.”

“Kenapa kamu menakutkan hal yang belum pasti terjadi La. Aku serius sayang sama kamu. Menurutmu mungkin menjadi sahabat selamanya itu indah, tapi enggak menurutku. Aku nggak bisa menahan diri waktu kamu dideketin cowok lain, Aku nggak bisa terus dengerin kamu yang cerita tentang cowok lain selain itu. Mungkin persahabatan kita tampak indah, tapi itu menyakitkan buatku La.”

Matahari sudah terbenam. Langit jingga telah berubah menjadi petang. Lampu-lampu sudah dinyalakan. Rencana kami untuk melihat senja gagal, kami justru saling berdebat.

“Maaf, kita emang lebih cocok temenan. Aku juga sayang sama kamu Lo, tapi Aku nggak bisa diminta untuk pacaran. Aku lebih suka kita temenan.”

Milo mangguk-mangguk, obrolan kita terhenti.

“Kita pulang sekarang. Gak ada lagi yang kita obrolin sekarang, hari juga udah malam.”

Di perjalanan pulang tak ada obrolan. Aku tahu akan sangat canggung jika aku berusaha mengatakan sesuatu yang menghibur hatinya. Inilah yang Aku takutkan. Hubungan persahabatan yang merenggang karena cinta.

Sampai di depan rumahku. Milo masih diam, Aku juga bingung berkata apa. Namun Aku ucapkan terima kasih padanya, Milo mengangguk dan mendorong mundur motornya.

“Milo..” teriakku.

Milo berhenti dan menoleh.

“Maaf soal tadi.”

“Iya. La, Aku bakal nembak kamu jadi pacarku lagi, selepas pulang dari Ausie.”

“Emmm… Aku nggak yakin. Kecuali, kamu bisa yakininku.”

“Aku akan berusaha yakinin kamu. Aku mohon tunggu Aku.”

 

3 tahun selepas itu.

Aku duduk lagi, di tepi pantai tepat saat Aku dan Milo dulu menghabiskan waktu sore untuk menikmati senja. Aku duduk sendirian, Milo masih belum pulang dari Ausie. Selepas kejadian yang lalu butuh 5 bulan agar kami akrab kembali. Milo masih menyimpan perasaannya padaku, setiap kali ia bilang jujur, Aku hanya tersenyum. Setiap satu minggu sekali ku habiskan waktuku di sini. Menenangkan memang menatap senja sendirian. Aku memang masih ingat pertengkaran kami berdua. Sayangnya pantai ini lebih banyak kecerian dan kebahagiaanku bersama Milo, dibanding pertengkaran itu.

“Lila!”

Aku menoleh, lelaki yang sekitar 3 tahun lalu menyatakan perasaanya kepadaku kini sudah pulang.

“La, Kamu mau tunangan sama Aku.” Ucapnya tiba-tiba sambil menjulurkan cincin. Dengan posen berlutut ibarat melamar seorang gadis pujaan.

“Kamu bilang kemarin pacaran, kemarin sekarang tunangan. Terus posenya kek ngelamar gini.”

“Aku nggak mau pacaran. Aku mau tunangan dan langsung nikah.”

“Kamu mau kan. Aku udah berusaha keras untuk yakinin kamu. Ini cara terakhirku.”

Aku tersenyum. Jika ditarik kembali, Aku ingat kata yang ku lontarkan saat itu. Apa itu dewasa? dan bagaimana Aku bertanggung jawab atas apa yang ku pilih. Milo, masih berlutut. Aku tersenyum.

Ku raih tanganku. Ku minta ia untuk berdiri tegap.

“Iya Aku mau.”

Milo teriak keras, ia memasangkan cincin itu di jari manisku. Ya, Aku merasa pilihanku 3 tahun yang lalu benar. Meskipun tak banyak kisah persahabatan yang berakhir sepertiku dan Milo. Tapi percayalah jika kita menyakini dan bertanggung jawab atas pilihan itu, kita pasti bahagia. Sama seperti Aku sekarang.

Cerpen Siti

Cerpen: Siti

Cerpen: Siti

Cerpen Siti

Sumber gambar : https://www.freepik.com/free-vector/women-elegant-line-art-style-design_9730172.htm

Siti. Wanita 23 tahun yang kini telah menjadi Ibu tunggal. Ia memiliki anak yang berusia 8 tahun dan kini memasuki sekolah dasar. Siti memang tak ingin hidup seperti ini.
Sama seperti gadis lainnya ia memiliki mimpi. Lulus sekolah, bekerja sambil kuliah, dan mengangkat derajat orangtuanya. Tapi sayang, itu hanyalah mimpinya. Di usia yang ke-15 tahun Siti menjadi korban kekerasan seksual oleh pacarnya sendiri. Ia kemudian dinikahkan paksa dengan pacarnya itu diusia 16 tahun. Itupun pernikahan siri, kedua orangtuanya terlalu malu, untuk membuat pesta resepsi anaknya yang hamil diluar nikah.

Banyak orangtua mengira jika menikah adalah solusi yang tepat bagi perempuan yang hamil di luar nikah. Tapi ternyata tidak, itu justru petaka baru untuk Siti. Suaminya, justru melakukan tindak kekerasan fisik dan verbal. Batin dan tubuhnya benar-benar terluka.
2 tahun setelah pernikahan pengadilan agama memutuskan gugatan perceraian diterima. Di usia 18 tahun, Siti telah menjadi Janda. Para tetangga dan warga desa merasa risih dengannya. Bahkan beberapa ibu-ibu yang sering belanja sayur mengucapkan sumpah serapah, mengumpat begitu kejam. Masa muda yang begitu menyakitkan. Akibat Siti, orangtuanya dan anaknya juga kena imbas. Sulit bagi orang-orang memberi mereka pekerjaan. Padahal kedua orangtua hanyalah burub serabutan. Anaknya selalu dikucilkan bahkan dianggap najis beberapa orang. Jika ini sebuah film mungkin backsound sedih atau lagu ‘you rest me up’ sudah disenandungkan sejak tadi.
Rasanya dalam 1 waktu, semua ujian hidup ditimpakan begitu saja. Sempat ada niat untuk mengakhiri hidup tapi, lagi-lagi ada orangtua dan anaknya yang harus ia hidupi.
Malam ini. Siti menyelesaikan cucian tetangga, ya meskipun banyak warga desa yang menyumpahinya. Namun, ada beberapa yang masih berbaik hati memberikan pekerjaan kecil2an pada Siti.

Tenaganya mulai menipis, namun masih ada seember pakaian yang harus dijemur. Bagas. Putra Siti, penyemangat hidupnya sampai mati. Menghampiri Siti.
“Bu, kenapa banyak orang yang benci sama Ibu?”
Siti terdiam. Dia tak ingin anaknya tahu betapa kelamnya masa lalu yang ia miliki.
“Bu banyak orang yang bilang. Ibu, wanita nakal. Tapi setiap hari, Ibu selalu bilang Bagas gak boleh jadi anak nakal”
“Jangan dengerin, apa kata orang ya nak”
“Bu, Bagas punya tugas dari sekolah. Kata bu guru, Bagas harus ngucapin Terima kasih sama orangtua.”
Siti hanya tersenyum. Itu hanya sekadar tugas sekolah yang bisa dikerjakan Bagas sendiri.
“Makasih Ibu udah lahirin Bagas di dunia ini.”
Air mata Siti terkumpul dan mengaliri pipinya. Tenaganya yang sudah menipis seakan terisi kembali.
Bagas. Mungkin beberapa irang merasa jijik dengannya. Klasik memang jika beberapa orang mengganggap bagas haram namun itulah kenyataannya. Mungkin melahirkan Bagas ke dunia ini adalah sebuah cobaan. Tapi ternyata tidak, Bagas adalah anugerah. Kini Siti memiliki mimpi baru, yakni menemani Bagas dan membesarkannya menjadi pria yang tangguh

‘Ford Vs Ferrari’ Film Otomotif Yang Menginspirasi

‘Ford Vs Ferrari’ Film Otomotif Yang Menginspirasi

‘Ford Vs Ferrari’ Film Otomotif Yang Menginspirasi‘Ford Vs Ferrari’ Film Otomotif Yang Menginspirasi

Sumber gambar: Times

Ini review memang sedikit lama aku buat, sejujurnya dari kemarin aku bingung apakah sebaiknya aku review atau tidak. Sampai setelah diberitahu teman tak ada salahnya untuk memberikan review pada film ini meskipun aku tidak paham dengan dunia otomotif.

Jujur kesan pertama saat mendengar judulnya ‘Ford vs Ferrari’ sempat ku pikir jika ini adalah film yang berkaitan tentang persaingan antara dua merk penjual mobil yang terkenal di dunia. Tapi ternyata film ini mengisahkan sejarah antara pembuat mobil balap terkenal bernama Carrol Shelby dan pembalap profesional bernama Ken Miles.

Jujur selama 15 menit pertama rasanya otakku benar-benar berpikir keras mengenai film ini. sempat terpikir jika sepertinya aku salah nonton. 15 menit pertaman benar-benar membingungkan selain karena aku tidak kenal dengan castnya, ditambah rasanya 15 menit pertama dihabiskan untuk introducing all cast mulai dari pihak eksekutif ford, sang tokoh utama, dan figuran lainnya.

Munculnya konflik

Setiap film tentu memiliki konflik, munculnya konflik diawali oleh persaingan antara Ford dan Ferrari. Konflik dimulai saat Ferrari menolak kerjasama dengan Ford dan melecehkan derektur Utamanya yaitu Henry Ford II sebagai pemimpin yang sombong dan tak berguna.

Mendengar berita tersebut, Henry Ford II kemudian geram dan ingin membalas dendam. Ia berniat mengalahkan Ferrari dalam balapan mobil Le Mans. Dari konflik inilah kemudian membawa perusahaan Ford kepada salah satu pembuat mobil balap yang dikelola oleh Carrol Shelby. Shelby menyetujui kerjasama dengan Ford untuk membuat sebuah mobil balap yang akan mengalahkan Ferrari pada ajang Le Mans nantinya.

Persahabatan Carrol Shelby dan Ken Miles

Tentu untuk membuat sebuah mobil balap Shelby membutuhkan tim, untuk itu ia pun mengajak sahabatnya Ken Miles. Membuat mobil balap yang dapat mengalahkan Ferrari tentu sebuah tantangan yang baru bagi Shelby, namun juga ujian bagi persahabatannya dengan Miles.

Ken Miles bukanlah pembalap biasa, dia adalah pembalap yang paham benar dengan mobilnya sendiri. Namun karena Wakil Direktur Ford yang lebih mementingkan citra perusahaan membuat Miles gagal berangkat diajang balapan bergengsi Le Mans. Beliau berpendapat image Ken tidak sesuai dengan image perusahaan Ford.

Akhirnya setelah Ford mengalami kekalahan, dan Shelby mencoba bernegosiasi dengan Henry Ford II, pada kejuaran berikutnya Ken Miles dapat berpartisipasi. Selama perlombaan berlangsung berulang kali Ken Miles menciptakan rekor baru dalam sejarah mobil balap kala itu.

Meskipun kemampuan Ken Miles sudah tak diragukan lagi, namun semua kemampuannya akhirnya dikalahkan oleh kepentingan para eksekutif. Miles yang seharusnya menjadi juara, harus menyerahkan pialanya ke lawan, “Ford!” ya bisnis itu ternyata kejam. Rasanya pada momen ini aku merasa sangat berempati pada Miles dan Shelby, ambisi dan kerja kerasnya harus dihancurkan oleh keuntungan satu pihak yang memiliki kuasa.

Sebenarnya selama scene perlombaan aku kira bakal ada adegan dramatis. Apalagi ada beberapa kisi seperti mobil yang terbakar karena masalah rem, dan tewasnya pengemudi karena kehabisan oksigen di dalam mobil yang terbakar. Ditambah lagi dengan pintu mobil yang rusak saat putaran pertama.

Namun dugaanku terpatahkan. Adegan dramatis ternyata terjadi setelah perlombaan berlangsung. Di sebuah gurun pasir dengan cuaca yang panas. Miles melakukan uji coba pada mobil balap yang baru, saat adegan ini Miles memberikan narasi yang cukup panjang. Yang intinya ia ingin menjadi dirinya sendiri. Namun siapa sangka dibalik keinginan itu, mobilnya terbakar dan dia tewas.

Kepergian Miles bukan hanya meninggalkan luka pada keluarganya namun juga Shelby, enam bulan berlalu tapi rasa dukanya tak kunjung sembuh. Kini kisah mereka berdua abadi dan dicatat oleh sejarah otomotif.

Pamflet Film ‘Telur Setengah Matang’

Nonton Bareng Film ‘Telur Setengah Matang’

Nonton Bareng Film ‘Telur Setengah Matang’Nonton Bareng Film ‘Telur Setengah Matang’

Mungkin diantara kalian suka jika makan nasi goreng yang ditambah dengan telur setengah matang? Meskipun ada sebagian orang yang tak suka jika telur yang mereka konsumsi dimasak dengan setengah matang, namun tentu ada cita rasa tersendiri yang dirasakan saat memakan makanan ini.

Nah, kali ini aku tidak akan membahas makanan. Aku akan membahas salah satu film indie yang diproduksi oleh larasati creative labs dengan judul ‘Telur Setengah Matang.’ Kebetulan kemarin aku berkesempatan untuk datang di acara bedah film tersebut bersama mahasiswa UIN Walisongo Semarang dan beberapa narasumber. Kegiatan bedah film ini berkaitan dengan memperingati 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

Sipnosis film

Pamflet Film ‘Telur Setengah Matang’

Film ini menceritakan seorang siswi Sekolah Menengah Pertama bernama Nina yang melakukan hubungan seks di luar nikah. Akibat dari tindakannya tersebut kini ia mengalami kehamilan yang tidak direncanakan, apalagi sang kekasih tak menunjukkan tanggung jawabnya atas perbuatan yang dilakukan.

Siswa tersebut hidup bersama sang Ayah dan tergolong sebagai keluarga menengah ke bawah. Akibat dari kehamilan ini, Ia harus dikeluarkan dari sekolah. Bahkan dalam film tersebut digambarkan jika Nina bermaksud untuk menggugurkan bayinya, seperti mengonsumsi buah nanas setiap waktu. Bahkan saat diantar sang Ayah ke puskesmas yang meminta untuk mengarbosi ditolak oleh petugas setempat. Bahkan petugas menyarankan jika sebaiknya Nina dinikahkan saja.

Sebenarnya topik yang diangkat pada film berdurasi 16 menit ini adalah isu yang sering terjadi di kalangan masyarakat. Apalagi anggapan masyarakat jika orang yang hamil diluar nikah seharusnya segera dinikahkan dengan sang pelaku menjadi solusi yang paling efektif, menjadi tamparan keras bagi penontonnya.

Akan tetapi sayang sekali, dalam film ini tidak digambarkan dengan jelas tindakan apa yang sebaiknya dilakukan. Mungkin bisa dibilang ending yang gantung saat film belum mencapai puncak klimaksnya. Namun terlepas dari kekurangannya film ini cukup diapresiasi karena telah mengangkat isu kehamilan di luar nikah pada kalangan remaja.

Sesi diskusi

Setelah film diputar, selanjutnya dibukalah sesi diskusi. Ada 3 narasumber yaitu: Mbak Uut dari Setara Semarang, Mbak Yori dari Psikolog Nusantara dan Mbak Hidayatullah Selaku Alumni UIN. Bukan hanya pembicaranya saja yang berkompeten namun acara ini juga dihadiri oleh salah satu komunitas feminisme. Aku lupa dengan nama komunitas itu jujur.. tapi aku sangat ingat argumen-argumen yang kuat yang dilontarkan oleh Mbak Nurul.

Jujur sesi diskusi saat itu cukup manyala, banyak mahasiswa yang menaruh rasa penasaran mengenai tindak kekerasan terhadap perempuan. Apalagi saat mbak Nurul berkata jika film ‘Telur Setengah Matang’ merupakan salah satu tindak pemerkosaan. sebagai informasi yang termasuk dalam tindakan pemerkosaan apabila tidak ada kesepakatan kedua pihak untuk melakukan hal tersebut. serta adanya unsur paksaan.

Yang bagus dari diskusi ini adalah menanggapi kasus kekerasan perempuan bukan hanya dari segi hukum atau psikologis saja. Mbak Hidayatullah pun ikut menanggapi dari sisi keagamaan, maaf jika selama ini wanita dianggap sebagai hiasan dunia yang dapat memicu perbuatan ‘zina.’ Hal inilah yang terkadang membuat korban kekerasan seksual khususnya wanita mengalami victim-blamming.

Melalui prespektif masing-masing meskipun kekerasan terhadap perempuan tidak dapat dikurangi secara langsung, akan tetapi dengan membuka forum seks edukasi sehingga membuat seks terasa netral. Dan mengurangi judgesment pada korban kekerasan seksual serta memberikan dorongan padanya akan menjadi sebuah gerakan yang besar.

Acara yang terlihat kurang persiapan

Mungkin karena pengalamanku sebagai aktivis kampus, jadi rasanya aku sedikit ingin memberikan saran pada para panitia. Mengingat betapa banyaknya antusias para peserta, seharusnya moderator memiliki kemampuan mengontrol yang baik. Apalagi di tengah sesi jawab sesekali aku menengok jam di layar ponselku. Terlihat waktunya sedikit molor, selain itu persiapan seperti lampu ada baiknya disiapkan pada acara seperti ini, sehingga suasana acara tidak terkesan begitu gelap.

Sebenarnya ini hanya saran, meskipun memiliki kekuarang. Acara bedah film ini telah memberikan dampak yang baik pada pesertanya, terlihat dari ruang diskusi yang dibangun. Diharapkan akan ada lebih banyak lagi ruang-ruang diskusi di kota Semarang dan kota lainnya.

Tolong, Terima kasih dan Maaf

Tolong, Terima kasih dan Maaf

Tolong, Terima kasih dan MaafTolong, Terima kasih dan Maaf

Sumber gambar: Freepik

Dears! Malam, maaf ya akhir-akhir ini aku jarang berbagi cerita dengan kalian. Aku sendiri bingung enaknya apa yang aku bagikan sama kalian. Hingga mendengar lagu Budi Doremi yang judulnya ‘tolong.’ Salah satu kata ajaib dalam hidupku.

Aku sangat senang entah mengapa. Jujur jika ku lihat-lihat lagi dulu aku adalah pribadi yang keras yang meminta dihormati dulu sebelum menghormati. Khususnya bagi orang-orang yang umurnya di bawah aku, luka di masa lalu ternyata sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku saat berhadapan dengan orang lain.

Untuk saat ini aku belum bisa menceritakan luka di masa laluku. Karena sampai sekarang jika aku mengingatnya aku masih sering menangis sendiri. Tapi itu hanya sesekali… i’m okay!! I always strong and many kind people around me 🙂 membahas mengenai kata ‘tolong’, ‘Terima Kasih’ dan ‘Maaf’ tentu sudah banyak filsafah yang membahas mengenai ketiga kata tersebut.

Kini giliranku untuk membagikan cerita mengenai hal itu. Memang manusia diciptakan tak sendirian, dibalik padatnya kota dan bisingnya jalan raya. Terkadang duduk sendiri di bangku taman sambil menikmati makan siang membuat diri terasa nyaman. Namun cobalah disela-sela kita mengamatai jalanan atau lingkungan sekitar mungkin ada orang lain yang sedang kesusahan, kepekaan sosial yang kurang terkadang sulit bagi kita untuk membuat kita menjadi pribadi yang egois.

Memang tak salah jika kita memikirkan diri sendiri. Namun jangan sampai kita menganggap diri kitalah satu-satunya yang diurus. Ingat manusia adalah makhluk sosial, kita tak bisa makan kalau nggak ada ibu-ibu yang jual makanan.

Menumbuhkan kepekaan sosial memang gampang-gampang susah, karena hal ini butuh perasaan. Namun bukan berarti ini hal yang mustahil kan? Untuk melatih ini mungkin kita bisa memulainya dari orang-orang terdekat. Tolong, Maaf, dan Terima Kasih kita bisa memulainya dengan mengucapkan ketika bersama mereka. Selain membuat hubugan menjadi dekat, hal ini akan membuat kita menjadi lebih bijak. Kenapa?

Kata ‘tolong’, kata ini lebih baik karena tak kesan menyuruh atau meninggikan seseorang. Kata ‘terima kasih’  selayaknya kita menghargai setiap usaha yang dilakukan orang lain, entah untuk diri anda sendiri atau usaha bersama. Serta kata ‘Maaf’ menyadarkan kita jika apa yang dilakukan adalah hal yang keliru, dan kita harus bertanggung jawab atas itu.

Nah, itu dia sedikit cerita dariku. Aku merasa lebih baik sekarang ini karena dapat mengatakan ketiga kata di atas. Itulah sebabnya aku mengatakan jika hal itu adalah kata ajaib. Jadi, jika aku bisa merasakan dampak yang baik tentu kamu pun juga bisa! Yuk sama-sama membiasakan diri dengan kata ‘Terima kasih’, ‘Tolong’ dan ‘Maaf.’ See You nantikan cerita lainnya ya!

Extra-Ordinary You, Lebih Dari Sekadar Pemeran Tambahan

Extra-Ordinary You, Lebih Dari Sekadar Pemeran Tambahan

Extra-Ordinary You, Lebih Dari Sekadar Pemeran TambahanExtra-Ordinary You, Lebih Dari Sekadar Pemeran Tambahan

Halo Dears bertemu lagi! Beberapa waktu ini aku emang agak disibukkan dengan aktivitas yahh… begitulah hehehe, jadi udah 3 hari ini aku gak nulis di blog tercinta…

Nah baru saja tadi pagi aku menyelesaikan serial drama korea yang ratingnya lagi bagus nih. Yups “extra-Ordinary You.” Drama dengan 32 episode ini berhasil mencuri perhatianku dan para pecinta drakor lainnya. Drama yag bergenre Fantasi-Romansa dan komedi ini sangatlah menghibur jujur, emang aku sendiri mengesampingkan pesan yang tersimpan dalam cerita. Mau bagaimana lagi cerita sangat menarik, ditambah akting para cast yang ciamik dan gemesin. Jadi semakin ditonton semakin ketagihan.

Sipnosis

Latar belakang cerita ini, mengisahkan seorang siswa yang bernama Eun Dan On (18 tahun) yang mengidap penyakit jantug sejak kecil dan menjalani cinta bertepuk sebelah tangan selama 10 tahun. Di masa SMA yang menyenangkan dia menyadari jika ada yang salah dalam dirinya, dia berusaha mencari jawaban. Jawaban dari rasa pertanyaannya terungkap selama ini ternyata dia adalah tokoh karakter tambahan dalam komik.

Karena tak ingin hidupnya dikendalikan Dan Oh berniat untuk mengubah nasibnya, hingga akhirnya ia bertemu dengan tokoh Haru. Siswa nomer 13 yang tak memiliki nama di kelas. Keinginan mengubah nasib berubah menjadi kisah asmara anak SMA. Namun yang namanya cinta memang tak selamanya mulus, apalagi di drama Korea. Cinta Haru dan Dan Oh terhalang oleh storyboard sang penulis komik, dalam cerita Dan Oh telah bertunangan dengan Baek Kyung. Baek Kyung yang semula bersikap kasar pada Dan Oh, perlahan berubah. Ia menyadari jika rasa sayangnya terhadap Dan Oh, namun Dan Oh lebih memilih Haru.

Pada tahap terakhir komik. Banyak peran tambahan yang dihilangkan oleh penulis salah satunya adalah Haru. Dan Oh merasa sangat sedih atas kepergian Haru. Akan tetapi, dijudul komik yang baru mereka akhirnya dipertemukan dan saling mengingat janji yang dulu pernah diucapkan.

Sedikit kesalahan namun termaafkan

Banyak hal yang membuat drama ini memiliki rating yang bagus, selain karena ceritanya yang menarik. Akting para cast sangatlah berkesan, chamistry antara Haru dan Dan Oh membuat banyak pecinta drama Korea berharap mereka menjadi pasangan di dunia nyata. Jujur ya, hampir seluruh cast bermain dalam drama “extra-Ordinary You” memang tidak sepopuler kalanga bintang halliyu seperti Suzy, Lee Min Hoo, IU, Yoona, Park Min Young, Park Shin Yee, Kim So  Hyun, dan deretan artis Korea lainnya yang memiliki jumlah followers instragam lebih dari 2 juta. Tapi lagi-lagi kualitas akting para aktor-aktris drama Korea memang tak usah diragukan.

Banyak sekali moment-moment menggemaskan, sedih, bahagia, dan kecewa di dalam drama. Rasanya menonton ini perasaan kita diangkat kemudian dibanting lagi. Meskipun ada beberapa kesalah adegan misalnya di episode 12, handuk Dan Oh udah jatuh duluan tapi di take berikutnya masih nempel di pundaknya. Selain itu di episode 11, Haru menggenggam pergelangan tangan Baek Kyung tapi take berikutnya justru megang bagian lengan. Meskipun ada beberapa hal yang ‘miss’ namun semua kesalahan telah termaafkan oleh akting, sinematografi dan cerita yang menarik.

Lebih menghargai nyawa seperti Dan Oh

Kisah Dan Oh mengajari kita bagaimana lebih menghargai nyawa yang diberikan Tuhan. Terkadang istilah menghargai nyawa selalu identik dengan tindakan bunuh diri. Padahal menghargai nyawa bisa dimulai dari hal sederhana misalnya seperti yang dilakukan oleh Dan Oh. Meskipun ia harus menjalani nasib seperti itu, namun ia memilih untuk tegas pada dirinya. Ia tahu apa yang disukai dan tidak disukai, ia berusaha untuk lebih mengenali dirinya dan berjuang untuk itu.

Meskipun menceritakan kisah SMA namun Drama ini sangat cocok ditonton saat pekerjaan sedang padat-padatnya. Drama korea yang sangat menghibur, sungguh aku tak menyesal menyempatkan waktu setiap minggu untuk menonton episodenya.

Nah, cukup dari ulasanku hari ini. Semoga bermanfaat bagi Dears semua!!

Memulai Menulis Fiksi?

Memulai Menulis Cerita Fiksi?

Memulai Menulis Cerita Fiksi?Memulai Menulis Fiksi?

Hai Dears… hehe, akhir-akhir ini aku mau bilang kalau udah jarang banget bikin tulisan fiksi. Ya ternyata aku masih perlu belajar untuk membuat karya yang lebih baik lagi. Eittts… meskipun aku jarang nulis fiksi bukan berarti aku berhenti menulis ya!

Sebenarnya menulis fiksi itu gampang-gampang susah. Tapi bukan berarti susah banget, aku selalu ingat kata-kata orang terdekat jika setiap orang itu bisa menulis. Terlepas apakah hasil tulisannya bagus atau tidak. Tapi penilaian bagus dan tidak bagus sebenarnya itu persoalan selera pribadi, jika kamu ngerasa bagus tapi orang lain bukan berarti kamu yang salah.

Ngomong-ngomong tentang menulis fiksi, seperti yang aku jelasin aku udah biasa bikin cerpen sejak SD. Terkadang banyak temanku bilang kalau itu adalah bakat. Memang sih, dengan menulis rasanya segala emosiku dapat terluapkan. Sebenarnya untuk saat ini aku cenderung menulis kata-kata agar taste puitisku. Untuk kata-kata yang aku buat biasanya aku tulis dalam story Instagram atau kalau niat akau post sekalian.

Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan agar orang bisa menulis terutama fiksi. Namun bagiku untuk membuat sebuah cerita fiksi, aku lebih sering menggunakan rasa gundah atau keresahan dalam hati. Ya, rasa resah, dilema, sedih, dan bentuk emosi lain akan sangat membantu dalam proses membuat cerita nanti.

Aku sempat membaca dalam sebuah buku yang dituliskan oleh Gari Rakai Sambu, seberapa dalam teknik atau teori yang dimiliki namun jika penulis tak mampu memberikan pengalaman emosional pada pembaca maka semua akan sia-sia. Jadi, buat Dears yang berjiwa baper jangan sedih bila dicap sebagai orang “lebay” atau “baperan” oleh teman sebaya atau lingkungan sekitar.

Dengan perasaan baper yang kamu miliki justru bisa menjadi bekal yang kuat saat membuat cerita fiksi. Khususnya yang bergenre drama atau romance. Orang yang memiliki sensitivitas yang tinggi (gampang baper) cenderung mudah tersentuh oleh hal-hal tertentu. Yang terpenting dalam memulai menulis fiksi adalah ceritakan segala bentuk perasaan yang kamu miliki, bayangkan saja jika kamu adalah sang karakter utama. Namun ingat jangan terlalu memaksakan diri, kamu bisa memulainya dari:

  • Menulis buku diary
  • Menceritakan pengalaman masa lalu
  • Mengungkapkan isi hati yang kemudian kamu wujudkan dalam bentuk cerita

Untuk memulai menulis itu kamu bisa memulainya dari 1 paragraf saja, kemudian bertambah menjadi beberapa paragraf sehingga membentuk cerita yang menarik. Intinya janga takut untuk mencoba!