Hari Pertama Masuk Kuliah | Part 4

Hari Pertama Masuk Kuliah | Part 3

Hari Pertama Masuk Kuliah | Part 3

Hari Pertama Masuk Kuliah | Part 4Aku menengok ke belakang, dan tak gambar ekpresi apapun dari dia. Yang terlihat hanya teman-temannya yang menggoda karena dia menjadi anggota kelompokku. Aku tak tahu kenapa yang jelas aku begitu senang, akhirnya aku bisa mengucapkan terima kasih padanya.

“Oh ya, sebelum kita mulai buat diskusi kelompok. Sebaiknya kita kenalan dulu, aku Triyoso Sutyono Putra. Kalian boleh panggi aku”

“Kak Putra. Eh.. aku Tyas”

“Aku Lastri”

“Putra ngakpapa sih, tapi temen-temen aku biasanya manggil aku Yono. Tapi senyamannya kalian aja sih”

“Kak Putra, satu jurusan sama kita ya?”

“Sorry aku nggak biasa dipanggil Kak, panggil mas atau putra langsung aja nggak papa”

“Oh maaf kak, eh mas. Sejak SMA aku udah biasa manggil kakak kelas dengan Kak”

“Iya gakpapa. Yaudah senyamannya kamu aja Tyas. Malah jadi canggung kan sekarang, ayo mulai diskusinya”

Siang itu, pertama kalinya aku bisa berbicara langsung dengan dia, Putra. Aku sungguh ingin melanjutkan obrolan kami. Mungkin terdengan sedikit jahat tapi jujur sementara bolehkah Lastri pergi sebentar dan meninggalkan kami?

“Las, kamu mau es krim apa? Hari ini aku traktir es krim deh.”

“Beneran baik banget kamu, lagi berbunga-bunga ya kamu.”

“Apaan sih Las, udah ambil aja”

“Silahkan beli kak, mumpung kami sedang promo beli 2 gratis 1”

“Beli 2 GRATIS 1!!”

Aku dan Lastri memilih rasa yang berbeda, Lastri memilih es krim rasa mocha. Sedangkan aku memilih rasa strowberri dan coklat. “Yas, yang 1 kira-kira buat siapa?”

“Iya ya, eh Las kamu pulang ke kostan dulu gakpapa. Aku mau ke perpus bentar”

“sendirian berani? Gak mau aku temenin?”

“Gak usah, aku kan gak mungkin nyasar di kampus sendiri”

Terpaksa aku berbohong dengan Lastri. Aku ingin menemui Kak Putra sendiri dan mengucapkan kata terima kasih padanya. Semenjak diskusi kemarin aku merasa dia pasti lupa dengan kejadian inagurasi. Lebih baik aku mengucapkannya sekarang. Satu-satunya tempat yang aku tahu hanyalah kantin, warung kopi sebelah kampus atau ruang kelas. Maklum saja hanya 1 mata kuliah yang membuat kami bertemu.

Aku mencoba menyelusuri sudut kampus, kantin, tempat parker, ruang kelas. Namun tak juga ku temui dia. Hingga langkahku berhenti pada tepat disebuah lapangan olahraga milik fakultas pendidikan Jasmani. Terlihat dia sedang bermain basket dengan beberapa mahasiswa laki-laki lain. Sepertinya mereka adalah mantan panitia ospek kemarin. Aku ingin sekali mendekatinya namun ketika aku melihat satu sosok kakak senior yang memarahiku dan Lastri saat makan di kantin rasanya lebih baik aku melangkah mundur saja. “Eh yang disana boleh minta tolong ambilin bola?”

Niatku untuk kabur kini gagal, salah satu dari gerombolan senior itu memanggilku. Ku ambil bola tersebut, dan Kak Putra yang menerimanya. Aku berniat untuk langsung pamitan pulang namun setelah ku dengar “Tyas, mau langsung pulang? Gak mau coba gabung sama kita?”

Aku berpikir beberapa kali namun sisi lain kesempatan seperti ini tak mungkin datang dua kali. “iya Kak boleh.”

Kak Putra memperkenalkanku dengan mantan panitia ospek ini, dia juga bercerita jika kami menjadi teman satu kelas. Bukan hanya itu, senior yang memarahi waktu ospek ternyata tak semenyeramkan yang aku kira. Waktu berlalu begitu cepat Kak putra, pamit untuk pulang lebih dulu begitupun aku. Kami akhirnya jalan beriringan menyelusuri taman kampus.

“Kak, makasih ya”

“Untuk apa?”

“karena udah ngenalin aku sama mereka”

“Dah, santai aja lagian mereka juga seneng kenal sama kamu”

“Iya, aku juga. Dulu aku takut banget sama senior-senior selama OSPEK. Aku juga sempet dihukum karena makan di kantin”

“Dan sekarang masih takut?”

“Enggak sama sekali. Eh ya kak, aku lupa. Aku mau ngucapin makasih sama Kak Putra, karena dulu waktu malam inagurasi kakak yang udah nyelametin aku dari kerusuhan”

“Masak? Gimana ceritanya aku sampe gak inget.”

Aku pun menceritakan kronologi secara detail bagaimana aksi heroit Kak Putra malam itu. Akhirnya obrolan kami menjadi sangat menyenangkan. Beberapa kali Kak Putra memberikan lolucon yang sedikit garing sebenarnya, namun karena itu diucapkan oleh orang yang aku suka tak tahu kenapa aku selalu tertawa. Tunggu… orang yang aku suka?

“Oh iya Kak aku lupa! Ada es krim buat kam.. Duh es krimnya udah cair Kak, maaf ya”

“Udah gakpapa, sini nanti aku masukin freezer lagi juga jadi es  krim lagi”

Apa benar aku menyukai seniorku ini. bukannya aku hanya ingin sekedar berterima kasih telah menyelamatkanku dan Lastri? Harusnya perasaanku tidak lebih dari ini bukan?

Kota Lama Boleh Lama, Tapi Tetap Nuansa Baru

Kota Lama Boleh Lama, Tapi Tetap Nuansa Baru

Kota Lama Boleh Lama, Tapi Tetap Nuansa Baru

Kota Lama Boleh Lama, Tapi Tetap Nuansa Baru

 

Semarang tepatnya 1 Oktober 2019 lalu, hari kesaktian pancasila. Entah niatan apa aku dan teman-temanku ingin mengunjungi salah satu ikonik kota Semarang. Mungkin kalian lebih familiar dengan monumen Tugu Muda, Lawang Sewu dan Masjid Agung Jawa Tengah. Bagaikan kota lainnya, Semarang juga memiliki kota yang penuh dengan sejarah kolonial Belanda. Kota Lama, mungkin bila dilihat sekilas daerah ini hampir mirip dengan kota tua yang ada di Jakarta.

Kotanya memang lama

Bangunan yang ada di wilayah ini memang terkesan kuno dan vintage, beberapa tahun lalu kota lama hanya diminati oleh segelintir warga semarang dan sekitarnya. Namun dalam dua tahun terakhir berkat pembangunan pemerintah kota lama di sulap menjadi kawasan wisata yang menyedot berbagai wisatawan.

Ada banyak spot foto menarik yang bisa dikunjungi, salah satu ikonik kota semarang juga berada di kawasan ini yaitu gereja blenduk. Aku tak tahu persis kapan gereja ini berdiri, namun kalian jangan khawatir karena di samping gereja ada taman kecil yang dihiasi dengan lampu-lampu warna-warni. Taman ini dinamai taman Sri Gunting, mungkin terdengar seperti nama spesies burung.

Bukan hanya spot wisata saja, di kawasan kota lama juga terdapat beberapa resto dan kafe yang bisa dikunjungi, antara lain Spiegel, Ikan Bakar Cianjur, Teko Deko, Istana Ice Cream, dan masih banyak lagi. Namun kali ini aku tidak akan membahas kuliner yang ada di kawasan kota lama Semarang.

Kebetulan hari itu adalah hari kerja, aku tepat pukul 17.15 WIB aku sudah sampai. Sambil menunggu ketiga temanku yang lain aku menikmati kota lama melalui kursi yang di sediakan Indomaret dengan sebotol air putih dan sebuah buku, aku menunggu dan mengamati orang-orang yang berlalu-lalang. Kondisi sore disini cukup bagus, sinar senja yang diperpadukan dengan arsitektur kolonial tentu saja akan memberikan kesan vintage banget dan mempercantik feed instagram.

45 menit berlalu, teman ku telah datang ya sebut saja Dicky namanya. Berbadan sixpack dan gagah perkasa (namun sekarang masih proses pembentukan). Sesuai janji dia mau menemaniku hunting foto di kawasan kota lama. Karena kedatangannya bertepatan dengan waktu magrib jadi sebelum memulai berfoto aku pergi ke mushola At-Taqwa yang jaraknya sekitar 150m dari taman Sri Gunting. Jika kalian ingin sholat di mushola ini sebenarany daerahnya aman sih menurut aku, tapi untuk mewaspadai saja ajak teman karena sepanjang jalan minim penerangan.

Namun rasanya baru

Seusai sholat aku pun mencari beberapa Spot foto yang menarik (menurutku). Menurutku jika kalian menyukai Street Fotografi di kawasan kota lama sangat cocok, hampir setiap jalan di beri lampu penerangan. Bisa dibilang ini perpaduan antara Malioboro Jogja dan Kota Tua Jakarta.

Oh ya kebetulan sekali selain hari kesaktian pancasila 1 Oktober diperingati sebagai hari kopi sedunia. Aku dan Dicki sangat beruntung bertemu beberapa barista kota Semarang dan sekitarnya, mereka membuka stand kecil dan menjajakan kopi secara gratis. Mereka juga menunjukan bagaimana proses membuat sebuah kopi, aku sempat bertanya-tanya sedikit mengenai kopi kepada mereka. Ya… sekedar mengakrabkan dirilah, menurut salah satu barista bernama Dimas “Kopi yang berkualitas tidak menimbulkan asam lambung. Justru kopi yang dikemas dalam sachet yang sering dibeli di toko-toko adalah kopi yang membuat asam lambung meningkat.” Setidaknya itu informasi yang aku dapatkan.Kota Lama Boleh Lama, Tapi Tetap Nuansa Baru-hari kopi sedunia Kota Lama Boleh Lama, Tapi Tetap Nuansa Baru-hari kopi sedunia

Jenis kopi yang mereka tawarkan pada kami adalah Arabica, setelah aku minum seteguk, Pahit! Memang beginilah nasibku sebagai orang yang bukan pecinta kopi, dalam tegukan berikutnya ada rasa asam dalam kopi ini.

Setelah mendapatkan Kopi kedua temanku yang lain menyusul kami, sebut mereka Adri dan Yan. Akhirnya kami berempat berjalan-jalan di kawasan Kota lama. Oh ya.. di depan Museum 3D ada bapak-bapak pemain biola, kalau kalian ke sini jangan lupa kasih uang ya. Sebab permainannya emang bagus dan setiap alunan biolanya sangat bisa untuk dinikmati.

Selain resto dan kafe, di dekat taman jika kalian masuk sedikit terdapat jajaran festival kuliner, untuk harganya sendir jelas lebih murah dibanding makan di restoran. Ditambah lagi saat itu ada event live musik. Daripada kalian semakin penasaran ada beberapa foto yang bisa aku tunjukan…

Kota Lama Boleh Lama, Tapi Tetap Nuansa Baru-hari kopi sedunia    Kota Lama Boleh Lama, Tapi Tetap Nuansa Baru-hari kopi seduniaKota Lama Boleh Lama, Tapi Tetap Nuansa Baru-hari kopi sedunia Kota Lama Boleh Lama, Tapi Tetap Nuansa Baru-hari kopi sedunia  Kota Lama Boleh Lama, Tapi Tetap Nuansa Baru-hari kopi sedunia  Kota Lama Boleh Lama, Tapi Tetap Nuansa Baru-hari kopi sedunia

Ini hanya sedikit foto, sebenarnya masih banyak foto tapi gak mungkin aku upload semua ahaha bisa jadi satu album nanti. Untuk kalian semua Dear tunggu apa lagi? penasaran langsung datang ke Kota Lama ya!

Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Pertama Kali Solo Trip

Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Pertama Kali Solo Trip

Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Pertama Kali Solo Trip

Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Pertama Kali Solo TripHallo Dears! Kali ini aku mau kasih tips & trik buat kamu yang coba solo trip. Ya nggak harus ke Jogja kayak aku kemarin sih. Jujur nih ya meskipun aku baru sekali solo trip, tapi rasanya nagih. Solo trip terkadang membuat kita menjadi semakin memahami diri sendiri, dan gak malu dengan orang lain.

Solo trip juga memberikan kebebasan kita untuk melakukan apapun tanpa peduli orang sekitar, dan tentu saja pengalaman yang kita dapatkan akan jauh berbeda jika kita pergi bersama teman atau pasangan. untuk itu jangan ragu untuk jalan-jalan sendirian, tapi sebelum jalan-jalan ada beberapa hal yang harus kalian perhatikan yaitu :

1.      Tentukan tujuan nge-trip dan tempat yang kamu datangi

Ini penting ya Dears, karena tujuan kamu nge-trip akan berpengaruh dengan lokasi yang kamu tuju. Kalau aku kemarin tujuannya untuk mencari set tempat baru di cerita yang lagi on-going  *ini gak maksud buat promo loh sumpah! Aku pilih Jogja karena di sana banyak lokasi tempat yang autentik gitu. Kalau Dears tujuannya mau apa ditentuin dulu ya?

2.      Budget itu penting

Nge-trip sih nge-trip tapi jangan lupa sama budgeting. Itu penting karena jangan sampai trip berjalan lancar tapi mengesampingkan kebutuhan. Misalnya buat bayar kostan, makan atau uang bensin. Usahakan budgetin trip kalian dari akomodasi, makan, penginapan, P3K, oleh-oleh (kalau perlu) dan kebutuhan kecil lainnya. Kalau perlu cari informasi berapa ongkos akomodasi melalui internet atau tanya temen kamu.

Oh ya kalau kamu mau hemat kayak aku kemarin kamu bisa menumpang temen kamu yang tinggal di kota yang dituju. Kalau pengen lebih hemat lagi kamu bisa bawa bekal kayak aku kemarin. Kamu tetap keren kok meskipun bawa pekal selama perjalanan hehe..

3.      Tentuin apa yang mau di eksplore

Jujur sih kemarin ekspetasi sama realita yang aku alami beda, awalnya aku pengen kulineran gitu. Tapi nyampe Jogja aku malah susah nyari makanan yang sesuai dengan lidah aku, ya maklum aku lumayan pemilih kalau masalah makan. Meskipun gak jadi kulineran tapi setidaknya aku banyak jalan-jalan (jalan kaki beneran ini). Oh ya apa yang kamu eksplore itu bakal mempengaruhi budget kamu juga loh! Pastikan tempat yang kamu eksplore sesuai dengan tujuan yang ingin kamu capai.

4.      Selalu cek google maps

Hehehe… ini penting. Karena dengan kemajuan teknologi sekarang kamu gak perlu takut nyasar kan ada “Google”.  Selama di Jogja kemarin aku selalu aktif buat ngecek google maps, google maps bukan cuma bantuin cari rute terbaik buat yang bawa kendaraan pribadi aja. Tapi juga rute perjalanan kalau pakek angkutan umum. Misalnya aku pergi ke pasar Beringharjo aku, udah tertulis kok halte mana yang aku tuju. Selain itu aku juga bisa ngecek semisal jaraknya dekat kenapa nggak jalan kaki? Kalian jangan malu buat jalan kaki, karena selain menyehatkan kamu akan lebih memahami sekitar. Ingat banyak backpacker keren yang memilih jalan kaki, untuk mengurangi polusi udara dan menyapa warga lokalnya!

Atau kalo Dears punya budget yang lebih bisa kok pakek Grab atau Gojek, tapi aku saranin buat Top Up dulu. Selain itu cek selalu kode promo yang berlaku di kota yang kamu tuju!

5.      Bawa tongsis

Namanya solo trip pasti kamu nggak ada temen buat dimintain tolong. Kalian jangan heran ya kenapa nggak ada fotoku yang keren-keren. Itu bukan karena aku nggak suka foto, tapi emang nggak ada yang fotoin. Sebenarnya bisa sih Dears minta tolong orang lain atau pakek timer gitu (kalau ini sedikit ribet buat ngatur angle yang pas). Tapi buat aku rasanya ragu aja minta fotoin orang, ya kan belum tentu hasilnya bagus dan minta fotoin terus.

Untuk itu aku saranin Dears buat bawa tongsis! Selain nggak ribet angelnya bisa disesuaikan sama keinginan.

6.      Jangan malu buat Tanya!

Dears berhubung selama perjalanan sendirian jadi kamu bakal nemuin kondisi dimana kamu bingung sendiri, entah bingung rute perjalanan, atau tempat yang mau dituju. Jangan ragu buat tanya sama orang, karena selain kebingungan kamu terjawab. Hal itu juga melatih sopan satun kamu dalam berbicara. Jangan berpikir jika orang yang kamu samperin bakal macem-macem, mereka semua akan baik kalau kamu berperilaku baik pula.

Pilihlah bahasa yang sopan kalau perlu kamu bisa pakai bahasa daerahnya. Atau kalau pakai bahasa Indonesia yang mudah dimengerti orang-orang.

Sejujurnya aku senang dengan perjalanan ke Jogja kemarin meskipun tak banyak tempat yang aku kunjungin. Namun perjalananku kemarin membuatku berhasil mendobrak rasa takutku sendiri. sendiran bukan berarti kamu gak punya teman, tapi kamu membutuhkan waktu untuk mengenal siapa dirimu yang sebenarnya Dears!

Hari Pertama Masuk Kuliah Part 2

Hari Pertama Masuk Kuliah | Part 2

Hari Pertama Masuk Kuliah | Part 2Hari Pertama Masuk Kuliah Part 2

“Dengan ini Masa Orientasi Mahasiswa saya nyatakan selesai”

Sorakan anak-anak masa siswa baru terdengar keras dan membuat bising aula, aku memeluk Lastri. Akhirnya 4 hari penuh penyiksaanpun berakhir. Aku bisa bisa tidur nyenyak mala mini, upacara penutupan ospek selesai. Kegiatan selanjutnya adalah malam inagurasi, it’s time to party beib..

Aku merangkul Lastri dengan erat, suasana aula mulai sedikit berantakan, padahal tadi semua barisan disusun rapi oleh kaka senior. Semakin lama suasana aula jadi semakin anarkis, dorong-dorongan sesama mahasiswa terjadi. Tepat dibelakangku seperti ada 2 orang laki-laki yang bertengkar. Aku dan Lastri mencoba untuk menyingkir dari mereka. Tapi yang terjadi kami malah terjebak dan kesusahan untuk keluar dari kerumunan. Aku dan Lastri berusaha untuk membelah lautan manusia ini. Hingga aku tak tahu siapa, ada seseorang yang menarik tanganku dan menyelamatkan kami dari kerumunan.

“Kalian nggak papa?”

“Nggak papa makasih ya”

Dari pakaian yang ia kenakan, ia adalah salah satu kakak senior. Laki-laki berbadan agak kurus, menggunakan almamater warna biru. Kumis tipis menghias dan sedikit rambut gondrong, wajahnya tidak terlalu jelas ku lihat. Namun suaranya begitu khas begitu mudah ku hafalkan.

Akhinya malam inagurasi berakhir dengan tenang kembali, aku menarik tangan Lastri ku ajak dia untuk mencari kakak senior yang menyelamatkan kami. Jujur aku sangat penasaran degan dia. Aku ingat di lengan kanannya ada terikat sebuah sliyer berwarna hitam. Aku mencoba menyelusuri namun malam itu kami gagal menemukan sosok lelaki itu.

Kringg…!!!!

Bunyi alarm dari ponselku, tepat pukul 05.30 pagi. Inilah saatnya, hari pertama aku masuk kuliah. Lastri terus mengetuk pintu kamar, maklum saja untuk berdandan aku membutuhkan waktu 20 – 30 menit. Kebiasaan ini sudah aku lakukan sejak kelas 3 SMA. Karena aku sudah kuliah, tak ada lagi seragam putih abu-abu yang melekat. Aku sangat menyukai MIX&MATCH ku coba padu padankan mini dress dengan beberapa outer milikku.

“Tyas mau nyampe kapan? Ini udah jam berapa? Nanti kita telah masuk mata kuliah pertama.”

“iya Las, bentar.”

Dress mini motif bunga dan sweeter wana pulih sepertinya cocok denganku. Jarak kost sampai kampus tak terlalu jauh cukup berjalan sekitar 8 menit kami sudah sampai di salah satu gedung Fakultas Ilmu Sarta, Seni dan Budaya. Aku menggandeng tangan Lastri, sungguh jantungku sangat berdebar. Inilah hari yang aku tunggu selama ini. Aku telah resmi menjadi seorang mahasiswa, “Tyas kamu kenapa senyum-senyum sendiri? kayak wong edan tahu.”

“Haduh Las, aku tuh lagi seneng. Akhinya aku bisa kuliah di jurusan dan kampus yang aku suka.”

“Iya ya… Aku juga seneng banget. Oh ya nanti kita duduk sebelahan ya!”

Tanpa pikir panjang aku dan Lastri pergi menuju ruang kelas, tanpa kondisi ruang kelas sangat penuh. Kami duduk dibangku nomor dua dari belakang. Aku dan Lastri mencoba memperkenalkan diri dengan kawan lainnya yang satu kelas dengan kami.

Suasana kuliah memang sangat berbeda dibandingkan masih SMA. Setiap mahasiswa di kelas memberikan gayanya masing-masing. Aku tak merasa terganggu sedikitpun dengan mereka, bahkan aku melihat ada teman satu kelasku bertato pada bagian lengannya. Yah, maklum di Jakarta juga banyak ku temui wanita seperti itu. Tak selang begitu lama Dosen mata kuliah “Estetika dalam Drama” masuk ke ruang kelas.

“Saya absen satu-satu ya!”

“Iya Pak”

“Triyoso Sutyono Putra”

“Hadir Pak!”

Suara itu, sepertinya tidak asing bagiku. Aku memutas badanku hingga 180 derajat. Aku mencoba mencuri padang dengan seorang mahasiswa yang baru saja dipanggil namanya. Badan agak kurus, berkumis tipis dan sedikit gondrong. Apa benar dia yang menyelamatkanku di malam inagurasi kemarin? Tapi kenapa bisa kami menjadi satu kelas sekarang?

TYAS!!”

“Eh iya Las?”

“Kamu dipanggil dosen”

“Tyas Savirasatya Dwirandani”

“Iya Pak, Saya Hadir”

Semua orang jadi melihatku, termasuk dia lelaki yang ku perhatikan. Tingkah ku memang sangat memalukan apalagi jika sedang salah tingkah.

2 sks berlalu begitu cepat, tak lama setelah dosen keluar dari ruangan. Gerombolan mahasiswa berburu keluar termasuk lelaki yang sedari tadi aku amati. Sebenarnya dalam hati aku ingin menemuinya dan berkata terima kasih padanya. Tapi hampir setiap waktu di kelas, di depan ruang kelas, hingga di kantin ia selalu dikelilingi oleh teman-temannya. Kata Lastri Dia itu kakak tingkat yang sedang mengulang mata kuliah “Estetika dalam Drama”.

“Las, kamu inget nggak dulu waktu inagurasi siapa yang nyelametin kita dari kericuhan?”

“Lupa-lupa ingat aku”

“Masak kamu nggak inget Las, kayaknya dia deh yang nyelametin kita”

“Oh yaudah..”

“Ih Lastri kenapa kamu bilang gitu, kita belum ngucapin makasih sama dia”

“kamu yakin cuma bilang makasih? Jangan-jangan kamu naksir sama dia?”

“Ye.. bukannya gitu juga kali Las”

Sudah satu minggu ini aku dan dia menjadi teman satu kelas. Rasanya aku tak punya kesempatan untuk berbicara atu sekedar mengucapkan terima kasih padanya.

“Karena sudah saya jelaskan materi ini dalam 2 pertemuan, maka saya akan berikan tugas kelompok.”

“Yah…”

“Sudah jangan terlalu banyak protes. Saya yang akan bentuk kelompoknya. Untuk kelompok 1 : Sri Sulastri, Tyas Savirasatya Dwirandani, dan Triyoso Sutyono Putra”

Apa aku nggak salah denger? Aku dan dia menjadi teman satu kelompok? Ternyata Tuhan mengabulkan permintaanku begitu cepat.

My First Solo Trip In Jogja, Part 3 : Sederhana Tapi Penuh Kesan

My First Solo Trip In Jogja, Part 3 : Sederhana Tapi Penuh Kesan

My First Solo Trip In Jogja, Part 3 : Sederhana Tapi Penuh KesanMy First Solo Trip In Jogja, Part 3 : Sederhana Tapi Penuh Kesan

Hai Dears! Ketemu lagi. Aku ingin melanjutkan cerita trip ke Jogjaku kemarin, sebelum mulai jalan-jalan Gia ngajak aku buat sarapan pagi. Nggak di Semarang nggak di Jogja, Bubur ayam tetap juara. Kalian jangan tanya ya apa perbedaan bubur ayam satu kota dengan kota lainnya karena aku sendiri juga nggak ngerti.

Started Again

Setelah kenyang dan mengumpulkan tenaga untuk jalan-jalan lagi Gia mengantarku ke halte bus UMY. Setelah 3 kali naik bus trans Jogja sepertinya aku mulai paham gimana jalur transitnya. Hari minggu ini aku berencana untuk mengunjungi taman sari. Beberapa kali ke Jogja tapi aku tak pernah datang mengunjungi wisata itu.

Rute Trans Jogja di Halte Kampus UMYDari halte bus UMY aku transit ke halte gamping, di sana aku naik bus (nomer busnya sendiri aku lupa berapa). Oh ya selalu ingat setiap kali menuju suatu tempat tanya sama petugasnya ya! Malu bertanya sesat di jalan. Dari Gamping aku turun di halte point satu. Kalo untuk ke taman sari aku cukup jalan sekitar 800 meter. Kedengerannya jauh ya? Tapi kalo dilakuin ternyata enggak kok. Justru dengan jalan kaki kita akan jauh lebih detail mengamati sekitar, oh ya karena Jogja termasuk kota jangan lupa pakai masker wajah! Biar wajah kita nggak terpapar langsung sama polusi dan sinar matahari. Selama jalan aku lewat kawasan desa wisata Kadipaten. Jujur sepanjang jalan ini rasanya nuansa Jogja terasa banget. Oh ya kalau kalian mau backpacker usahain isi ransel jangan terlalu berat.

Ketika tempat yang dinginkan tidak sesuai dengan keinginan

Tapi, makin deket sama taman sari. Rasanya suasananya semakin ramai.. jujur buat jalan aja harus mepet banget. Akhirnya aku putuskan membatalkan niatku untuk pergi taman sari. Sebelum nyampe lokasi taman sari aku mampir ke sebuah masjid. Aku berhenti sejenak di sana sambil berpikir tempat penggantin taman sari. Oh ya selama di Jogja aku selalu cek google maps, ini perlu loh. Karena dengan google maps aku bisa perhitungkan jarak yang aku tempuh. Kalau semisal aku deket aku bakal jalan, kalau jauh aku cek rute perjalanan bisa pakai gojek atau bus.

Google MapsSetelah aku cek google maps, ternyata lokasi masjid deket banget sama alun-alun kidul. Cukup jalan kaki 5 menit aku udah sampai ke alun-alun. Jujur daripada ke taman sari, aku malah lebih suka jalan-jalan seperti ini. Selain karena banyak hal yang aku amati, aku juga lebih sering berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Aku nggak merasa malu dengan kondisiku saat itu, meskipun terlihat kucel dengan tas membawa tas ransel.

Aku menikmati alun-alun menarik napas sebentar, rasanya capet juga harus jalan kaki hampir 1 km. di bawah pohon, aku mengamati suasana kota Jogja. Hari itu cukup panas sebenarnya, tapi kalau duduk di bawah pohon panasya nggak kerasa. Mungkin sangat tepat aku memilih ke tempat ini dibandingkan taman sari. Suasana taman sari kalau hari minggu begitu berisik, dan aku tidak bisa mengamati banyak hal. Aku berjalan menuju pohon beringin di tengah alun-alun. Beberapa wisatawan seperti aku mencoba peruntungan melewati bringin dengan mata tertutup. Aku sebenarnya tertarik untuk  melakukan hal yang sama, namun karena aku solo trip rasanya akan berbahaya. Akhirnya aku duduk di bawah pohon beringin sambil menatapi apa saja yang ada di depanku.

Menulis di bawah pohon rindang ternyata memberikan efek yang luar biasa. Mungkin orang lain yang melihatkan akan merasa sangat aneh. Seorang gadis yang berjiwa melankolis, duduk sendirian bagai tak memiliki teman. Menikmati rindangnya pohon beringin dalam beberapa menit sepertinya membuatku sangat puas.My First Solo Trip In Jogja, Part 3 : Sederhana Tapi Penuh Kesan

Oh ya kalau kalian ke alun-alun kidul jangan takut kelaperan, disini ada beberapa gerobak kaki lima yang mangkal di trotoar. Sehabis dari pohon beringin aku lalu menepi ke pinggir jalan dan menghampiri bapak penjual bakwan malang. Haduh jalan-jalan ke Jogja tapi makannya bakwan Malang 🙁 hehe gimana ya aku tuh pemilih banget sama makanan. Btw bakwan Malang bapaknya murah loh Cuma 6 ribu rupiah. Lumayan buat ngangetin perut sebelum naik bus.

Pesan dariku

Dears, mungkin perjalananku hari ini cuma singkat, tapi buatku berjalan sendirian menikmati indahnya kota Jogja adalah hal yang lebih berharga. Terlebih setelah aku berhasil mendobrak ketakutanku sendiri. Entah mengapa setelah melakukan solo trip pertama ini, keberanianku untuk melakukan trip selanjut muncul. Meskipun tak banyak waktu dan tempat yang aku datangi di Jogja.. tapi aku benar bersyukur. Dengan kesempatan yang diberikan Allah SWT. Karena seiring berjalannya waktu betapa pentingnya memaknai sebuah momen.

Aku sungguh sangat bersyukur bertemu dengan orang baru, meskipun hanya sekedar menanyakan tempat. Jogja memang kota istimewa, yang selalu membuatku ingin kembali. Jogja juga mendatangkan cinta, khususnya untuk diriku sendiri.

Sedikit foto amatir dariku untuk kalian!!

My First Solo Trip In Jogja, Part 3 : Sederhana Tapi Penuh Kesan       My First Solo Trip In Jogja, Part 3 : Sederhana Tapi Penuh Kesan

My First Solo Trip In Jogja, Part 3 : Sederhana Tapi Penuh Kesan       My First Solo Trip In Jogja, Part 3 : Sederhana Tapi Penuh Kesan

My First Solo Trip In Jogja, Part 3 : Sederhana Tapi Penuh Kesan      My First Solo Trip In Jogja, Part 3 : Sederhana Tapi Penuh Kesan

Hari Pertama Masuk Kuliah Part 1

Hari Pertama Masuk Kuliah | Part 1

Hari Pertama Masuk Kuliah | Part 1

Ibu memelukku sangat erat, padahal selama perjalanan aku telah mengucapkan berbagai kalimat untuk menghiburnya. “Ibu jangan khawatir aku bakal baik-baik aja.”

Hari Pertama Masuk Kuliah Part 1

“Iya Ibu tahu, pertama kalinya dalam hidup ibu harus berpisah dengan kamu.”

“Bu kita udah bahas ini dari kemarin, Tyas bakal baik-baik aja bu di Solo. Ibu juga harus baik-baik di Jakarta.”

Sekali lagi ibu memelukku, Ibu sudah tidak mempedulikan lagi kehadiran Bang Irfan di belakang. Aku mengerti ini adalah pertama kalinya aku memutuskan untuk pergi jauh dari rumah hanya untuk melanjutkan pendidikanku di kota Solo. Sebenarnya di Jakarta juga banyak Universitas ternama, namun bagiku tak akan mungkin bisa aku belajar kesenian jawa jika tidak ditempatnya. Jakarta kota yang penuh dengan budaya hedonis, sedangkan Solo masih kental dengan adat dan budayanya.

“Ibu, Ayo pulang nanti sampai rumah bisa kemalaman”

Akhirnya ucapan Bang Irfan bisa menghentikan tangisan Ibu. Dengan berat hati Ibu kembali ke mobil. Aku mendampinginya, aku masih melihat bayang-bayang ibu dan melihat mobil Bang Irfan berlalu.

Suasana kamar kostku masih berantakan, banyak barangku yang belum aku tata. Semua barang dan kenganku tersimpan dalam kardus. Baiklah aku nggak boleh diem aja, harus mulai bersih-bersih sekarang.

Baju, sepatu, beberapa tas dan foto telah aku susun serapi mungkin dalam ruang kamar 4×5 m ini. Daripada harus tinggal di apartemen atau asrama lebih baik aku tinggal di kostan putri sederhana saja. Aku mencoba berkeliling kostan. Kondisi disini masih bersih, maklum saja ini termasuk kostan baru. Mungkin aku aku penghuni pertama disini. Perjalanan Jakarta – Solo memang melelakan, ditambah harus membereskan kamar.

Tokk Tokk…

Suara ketukan pintu membangunkanku, apa disini ada orang lain selain aku? Aku memberanikan diri untuk membuka pintu kamar. Aku tak mendengar suara orang lain. Jujur aku sedikit merinding, apalagi kalau saat-saat seperti ini aku jadi ingat waktu kecil ditinggal di rumah sendiri. “Mbak…”

Mendengar suara itu aku langsung membuka pintu. “Ah iya ada apa ya?”

Seorang berpenampilan sederhana dengan daster motif bunga, dengan wajah yang masih sangat polos. “Mbak baru ngekost disini? Saya Lastri mbak. Saya baru pindahan kemarin.”

Kesan pertamaku saat bertemu Lastri, Udik. “iya mbak saya Tyas, baru pindah hari ini. Mbaknya Mahasiwa baru juga?”

“Iya mbak, Saya jurusan Seni Tari dan Gamelan. Kalo mbaknya?”

“wah sama mbak, saya juga ngambil jurusan itu.”

“Alhamdulillah nanti kita bisa jadi teman sekelas ya mbak.”

Dalam hatiku sebenarnya aku nggak yakin bisa menjadi teman sekelas yang baik untuknya, jujur aku sudah budaya jawa. Namun aku juga masih mengikuti adanya modernisasi.

Hari pertama masuk kampus,

Hari ini dijadwalkan mahasiswa baru untuk Technical Meeting mengenai perlengkapan dan aturan Ospek. Tema pakaian hari ini kemeja putih dan bawahan hitam. Meskipun memiliki tema warna, namun bagiku fashion tetaplah fashion. Aku tidak ingin tampak terlalu polos seperti mahasiswa baru lainnya. Aku harus tampil berbeda.

Selama acara berlangsung aku selalu bersama dengan Lastri. Bagaimanapun dia adalah satu-satunya orang yang aku kenal saat ini. Mulai dari latihan upacara hingga jam ISHOMA, Lastri terus menggandengku. Waktu istirahat hanya 30 menit karena aku tidak membawa bekal, meminta lastri untuk  menemaniku pergi ke kantin. Kondisi kantin ini cukup sepi, hanya ada beberapa mahasiswa yang ada disini. tanpa pikir panjang aku mendatangi ibu penjual nasi goreng di kantin, tak lama nasi goreng pesananku datang. Kalau kelaparan mau makana terasa apaun pasti semua enak.

Tapi, dari kejauhan aku merasa ada kakak senior menuju kearah kami. Pura-pura tidak lihat saja… “Woiii jam ISHOMAnya udah habis ngapain masih disini?” sungguh apes. Kami berdua tidak diizinkan untuk kembali ke ruang aula. Kakak senior yang memergoki kami, meminta agar kami keliling lapangan 5 kali sambil nyanyi potong bebek angsa. Sungguh itu adalah hal yang memalukan, tapi entah kenapa aku menjadi tertawa, saat aku lihat Lastri kesusahan merapikan aksesorisnya.

“Potong bebek angsa… haa haa..”

“Kamu kenapa ketawa? Topi sama kaling kamu lepas”

“Oh iya.. Kaos kaki kamu juga mlorot”

“Siapa yang suruh berhenti nyanyi?!!”

“Sorong ke kiri, Sorong ke kanan lalalala…”

Usai berlari rasanya diriku dipenuhi dengan keringat, lebih baik hapus make up saja. “aku kelupaan bawa kapas pembersih. Duh gimana ya…”

“Tyas aku bawa tissue basah, kamu pakek nih”

“Wahh makasih Las”

Semenjak hari itu aku menjadi semakin dekat dengan Lastri, adalah kesalahanku ketika aku menilainya sebagai seseorang yang udik. Kepribadian yang Lastri miliki ternyata mengasyikan, ramah, baik, dan dia adalah gadis yang cukup pandai.

Selama ospek aku sering meminta bantuannya untuk melengkapi beberapa barang. Maklum saja aku masih minim pengetahuan mengenai Bahasa jawa dan aku juga belum berani untuk berkeliling kota Solo sendiri.

Aku Jatuh Cinta Part 3

Aku Jatuh Cinta | Part 3

Aku Jatuh Cinta | Part 3

Jujur kalian yang berada di posisiku pasti tidak dapat membayangkan perasaanku saat ini. Aku melangkah sedikit mundur darinya, bahkan saat akan berpisah pun aku masih mempermalukan diri di depan Bumi.

“Sorry..”

Aku Jatuh Cinta Part 3

 

Memang tak ada kata apapun yang bisa aku sampaikan selain maaf.

“Aku yang harusnya minta maaf Nin. Aku harap ada kesempatan lagi untuk bersamamu, meskipun aku sudah punya pacar sekarang. Tapi, jika takdir mengharuskan kita bersama aku pasti akan terima.”

Aku tak mengerti dengan ucapan Bumi saat itu. Kejadian di terminal Arjosari membuatku sedikit terpukul karena begitu mudahnya jatuh cinta terhadap laki-laki.

Sepulang dari Malang aku kembali melakukan rutinitasku bekerja, makan, tidur dan membersihkan situs blog yang berdebu. Tujuan awalku hanya ingin mencari konten yang menarik, dan Bumi adalah hal yang membuatku tertarik dari Malang.

11 Bulan 15 hari setelah kepulangan dari kota Malang…

“Nindy, istrinya Iko 2 hari yang lalu lahiran. Kamu diminta dateng ke Malang sama Tante. Libur kerja daripada di rumah terus”

“Iya Mah, besok Nindy berangkat ke Malang deh..”

Untuk memenuhi keinginan Tante dan Iko, libur kerja yang hanya 4 hari ini harus ku habiskan di Malang lagi. Untung saja aku tidak ke habisan tiket kereta. Aku mendengarkan musik sambil menikmati secangkir Bubble Coffe di ruang tunggu. Tiba-tiba aku terkejut ada seorang yang tidak aku kenal duduk di sebelahku dan mengambil satu earphone-ku. Jelas itu membuatku marah, akupun berusaha menegurnya namun “Bumi!”

“Hai Nin, Long time no see…”

“Bagaimana kamu bisa ke sini?”

“Aku ingin pergi ke Malang, kamu juga kan?”

“Bagaimana kamu bisa tahu?”

“Aku telah membaca semuanya. Malang-Love Never Die, Bumi Raksasa dari arah timur, Bus cinta dalam 14 jam perjalanan, dan Bumi untuk Nindy. Apakah semua artikel itu untuk aku?”

“Kenapa kamu begitu yakin? Aku sangat sulit menulis seseorang sudah punya pacar”

“Oh itu, aku telah putus sebulan setelah berpisah denganmu di terminal. Yang jelas bukan karena kamu.”

“Terus kamu mau apa?”

“Aku mau bikin kamu jatuh cinta dengan Bumi tempat kamu berpijak, dan Bumi yang sedang kamu tatap.”

“Boleh, coba aja. Aku mau lihat apa yang kamu bisa”

Kami saling melempar senyuman. Jujur saat kembali dipertemukan dengan Bumi pun aku merasa senang. Rasa patah hati saat pepisahan di terminal rasanya menjadi hal yang tidak pernah terjadi pada aku dan Bumi.

Karena aku tahu…

BUMI….. bukan lagi tempat untuk aku datang lalu pergi. Tapi BUMI…. Dia yang selalu menemani.

IT Chapter 2: Si Peny Wise Dan Losers Club!

IT Chapter 2: Si Peny Wise Dan Losers Club!

IT Chapter 2: Si Peny Wise Dan Losers Club!

IT Chapter 2: Si Peny Wise Dan Losers Club!

Badut seram yang sungguh viral saat pertama kali tayang di bioskop 2 tahun lalu, aku masih ingat banyak sekali meme lucu yang menceritakan Peny Wise atau “IT” kini tepat 4 September 2019 lalu It chapter 2. Sambil mengingat kembali mari bernostalgia sedikit dengan film ini pada chapter 1.

Mengingat chapter 1

Chapter 1, mengisalkan Bill yang telah kehilangan adiknya bernama George. George adalah salah satu korban dari si Peny Wise (Si hantu badut yang telah menjadi kutukan bagi kota Derry). Kehilangan George membuat Bill merasa begitu bersalah, Ia bersama teman-temannya Richi, Beverly, Ben, Mike, Edie, dan Standly. Selain mencari keberadaan sang adik dan melawan Peny Wise, Bill dan geng “Losers” harus melawan bullying yang sering dilakukan oleh Henry Bowers dan gengnya.

Setelah 27 tahun berlalu

Setelah 27 tahun berlalu, setiap anggota losers memiliki hidupnya masing-masing. Bill menjadi seorang penulis dan sedang membuat sebuah proyek film. Richi bekerja sebagai seorang komika, Edie entahlah… yang tergambarkan dia bekerja sebagai karyawan dan masih patuh akan perintah sang “Mommy” untuk menjaga kesehatannya. Ben berkat kemampuannya dibidang pertukangan kini ia menjadi seorang arsitek yang kaya. Beverly hidup bersama kekasihnya yang “kasar”.

Dan Mike satu-satunya dari geng losers yang bertahan di kota Derry sebagai seorang petugas keamanan. Sedangkan Standly sayangnya tidak dijelaskan bagaimana pekerjaannya, Standly meninggal dalam kamar mandi dengan sayatan pisau di lengannya. Kini setelah 27 tahun berpisah akhirnya semua anggota Losers kembali dalam sebuah restoran china merayakan pertemuan mereka.

Niat awal yang hanya sekadar reuni berubah, ketika Mike mengatakan jika “IT” telah kembali. Awalnya mereka begitu tidak terima, dan ingin pergi dari kota Derry. Kejutan pertama muncul saat mereka berenam makan di sebuah restoran China, saat mereka fortune cookies yang disusun mengatakan “Standly tidak pantas datang.” Bukan hanya itu, makanan di meja makan mereka berubah menjadi makhluk yang menyeramkan yang ternyata hanya ilusi saja.

Dalam film bukan hanya menceritakan geng Losers saja yang kembali, namun Henry juga datang dan menyebarkan teror lagi. Selepas kabur dari rumah sakit jiwa dengan membunuh beberapa orang dan petugas di sana. Henry mencari Bill dan yang lainnya untuk membalas dendam.

Mungkin awalnya semua dari mereka tidak setuju, namun mereka mengingat kembali tentang sumpah yang telah diucapkan bersama. dengan bersama-sama mereka kembali membunuh Penny wise lagi. Menurut Mike untuk mengalahkan si badut, mereka harus melakukan ritual yang harus mengorbankan benda kenagannya. Pada saat inilah cerita mereka dimulai, Setiap orang harus berpencar dan mencari artefak kenangan mereka.

Artefak dan kenangan yang harus ditemukan

Beverly harus kembali ke rumah lamanya untuk mencari foto yang tertulis puisi di belakangnya. Tentu tidak mudah untuk mendapatkannya, Ia harus menghadapi terror dari Peny Wise yang menyamar menjadi nenek. Selanjutnya Bill, ia berhasil menemukan sepedanya yang lama “Silver.” Ia juga menemukan rumahnya yang lama, dan kini ditinggali oleh orang lain. Bukan hanya itu, ia juga menemukan lubang selokan yang menarik George dan menemukan perahu kertasnya. Richi, kembali ke tempat dimana ia sangat senang bermain video game, kenagan buruknya saat diBully Henry sungguh melekat.

Edie kembali ke klinik obat, dan menyelusuri lokasi gudang dimana saat itu ia melihat sang Ibu. Harus merasakan jilatan monster korban wabah penyakit yang menyerang kota Derry di abad pertengahan silam. Ben, kembali ke sekolah membawa kenangannya saat mencintai Beverly dan menulis namanya dalam sepucuk kertas. Kehadiran Peny Wise yang menyamar menjadi Beverly untuk menakut-nakuti Ben.

Semua anggota geng losers memiliki kenagan menakutkan, termasuk Mike. Sejak berusia masih kecil, ia menjadi korban selamat dari kasus kebakaran. Namun pencarian artefak Mike dirumah oleg Henry, saat tiba-tiba datang dan mencoba membunuhnya dengan pisau. Pertarungan hidup dan mati, saat salah satu lengannya terluka dan harus melawan Henry dengan kegilaan yang luar biasa meskipun ia telah mengalami luka tusukan. Namun tanpa disadari sebuah kapak melayang di kepala Henry dan membuatnya tewas seketika.

Pertarungan

IT Chapter 2: Si Peny Wise Dan Losers Club!Ritual pun dimulai… tentu membunuh Peny Wise tak semudah itu meskipun seluruh artefak telah dikumpulkan. Ternyata Mike telah menghapus satu prosesi terakhir, dimana setiap orang yang melakukan akan mati tercabit-cabit bersama siapapun setan yang dimusnahkan.

Pertarungan tak terelakan. Peny Wise berubah menjadi ukuran yang begitu besar, mereka semua terpisah dan menghadapi ketakutan masing-masing.  Dibalik adegan horror yang disajikan, terdapat sebuah momen romantis dimana Ben menyatakan perasaan yang selama 27 tahun dia pendam pada Beverly. Bukan hanya itu, kelucuan juga ditujukan saat Edie dan Richi harus memilih 3 pintu: Not Scary, Scary, dan Very Scary.

Kerja sama juga ditunjukan, saat teman mereka diserang.  Maka yang lain akan membantu, hingga saat Richi terperangkap dalam ilusi Peny Wise dengan berani Edie menombakan sebuah besi ke arah mulut si Peny Wise. Namun sayang ternyata justru Edie yang menjadi korban.

Melawan ketakutan dengan keberanian

Akhirnya, mereka tahu bagaimana cara tepat untuk membunuh Peny Wise. Sama seperti 27 tahun lalu, Peny Wise akan ketakutan jika tak ada seorang yang berani, semakin mereka berani Peny Wise akan semakin takut. Semakin besar keberanian mereka maka tubuh Peny Wise semakin kecil.

Dengan tenaga yang tersisa, mereka berhasil memusnahkan Peny Wise, dengan meremuk jantungnya. Goa tersebut mulai runtuh, Edie tak dapat diselamatkan dan harus ikut tertimbun dalam tanah. Seusai pertarungan, mereka kembali ke sebuah telaga tempat mereka bermain dulu, dengan melompati jurang dan terjun bebas dalam kolam sama seperti 27 silam.

Durasi film sebenarnya dibilang cukup panjang sekitar 2 jam 40 menit. Namun saat masuk dan menikmatinya, jujur tidak terasa jika waktu telah lama berlalu. Sebenarnya tidak terlalu seram seperti chapter 1, namun ceritanya begitu nyambung dan dikemas secara menarik.

IT Chapter 2: Si Peny Wise Dan Losers Club!Meskipun menurut aku pribadi lebih menyukai pesan pada chapter 1 (berkaitan dengan bullying, petualangan, persahabatan dan rasa kehilangan Bill terhadap George yang mendalam). Namun aku sangat memuji karena semua cast di chapter 2 ini begitu mirip dengan cast di chapter 1. Sehingga rasanya begitu natural. Selain itu cerita romansa di chapter 2 juga lebih diperjelas, aku benar-benar menikmatinya. Berkat film ini aku berhasil mematahkan ketakutanku akan film horror. Film yang digarap setelah 2 tahun lamanya tak muncul, cerita yang epik dan berkesan. Peny Wise dan geng Losers!

Aku Jatuh Cinta | Part 2

Aku Jatuh Cinta | Part 2

Aku Jatuh Cinta | Part 2

Aku Jatuh Cinta | Part 2Dan kebenaran yang selanjutnya aku tahu adalah Bumi memang orang yang baik. Semua terbukti bukan hanya aku saja yang kehabisan tiket tapi Bumi juga. Mungkin naik bus akan jauh lebih lama dibandingkan dengan kereta. Namun jika teman perjalananku kali ini adalah Bumi, sebanyak apapun waktu sepertinya aku siap.

Kata Bumi keberangkatan Bis sekitar satu jam lagi, dia mengajakku untuk makan di warung seberang terminal. Sebenarnya ini pertama kalinya aku pergi ke Malang pakai Bis. Semenjak kecil aku sudah trauma dengan Bis, pengalaman buruk saat mabuk kendaran dan rasa lelah yang luar biasa selama perjalanan membuatku enggan untuk naik bis. Meskipun jaraknya dekat, dalam hati aku berharap tidak melakukan hal memalukan seperti muntah di pakaian Bumi.

“Udah kenyang mbak Nindy makannya?”

“Oh udah kok, kamu panggilnya Nindy aja gak usah pakek mbak”

Tibalah waktunya bis berangkat, jujur jantungku berdetak sangat kencang, aku tidak tahu apakah karena sebangku dengan Bumi atau karena rasa takutku akan naik bis. Aku selalu membuang muka kea rah jendela. Aku yakin saat ini wajahku pasti sangat pucat. Selama perjalanan tak ada obrolan diantara kami, aku melihat Bumi sedang sibuk membaca buku. Hatiku masih merasakan kegelisahan, rasanya perutku mulai bergejolak. Lebih baik aku paksakan diri untuk tidur saja.

“kamulah satu-satunya…. Kamulah satu-satunya…. Kamulah satu-satunya.. Maafkan aku selama ini..”

Suara nyanyian yang terdengar lirih. Aku tidak tahu suara siapa ini, mataku terbuka sedikit. Pandanganku masih tidak jelas, tampak dua tangan yang sedang bemain dengan ponsel. Aku mencoba untuk memperjelas penglihatanku namun rasa kantuk mengalahkan itu.

Aku harap setelah mataku terbuka aku telah sampai di kota Malang. Aku benar-benar tidak berada di dalam bis ini terlalu lama. Rasanya perutku mulai sakit, benar-benar campur aduk tidak jelas apa yang terjadi dalam perutku. Semakin lama rasa sakit itu semakin mengganggu. Tidurku semakin tidak nyenyak, seketika mataku dan mulutku terbuka.

HUOOOKKK….

Hal yang aku takutkan terjadi, aku muntah di baju Bumi. Dia yang tadinya terlelap menjadi terbangun. Jujur aku sendiri jijik dengan kondisi ku sekarang, apalagi Bumi. Namun bukannya menjauh Bumi langsung malah dengan pelan membersihkan mulutku dengan tisu. Dia melap keringat di dahiku dengan tangannya sendiri. Aku bahkan tak membayangkan betapa kucelnya mukaku saat ini. Pasti aku jelek sekali.

Bis yang kami tumpangi berhenti di sebuah pom bensin. Karena ulahku semua penumpang mengeluh merasakan bau di dalam bis, selain itu kernet bis dan pak supir harus membersihnya. Terlebih Bumi jam 11.00 ia terpaksa harus mandi. Aku duduk termenung di pelataran mushola pom ini. Badanku rasanya sangat lemas sekali, rasanya aku ingin sekali menangis meminta dijemput Mamah. Tapi please itu sangat gak mungkin terjadi. Aku menyandarkan badanku, liburan ke Malang yang aku kira akan menyenangkan ternyata diawali dengan hal yang memalukan.

“Nin kamu nggakpapa? Butuh obat nggak atau masih pusing?”

“Perut aku jadi laper, tapi aku takut kalau makan nanti muntah lagi.”

“Yaudah kamu tunggu sebentar di sini.”

Aku hanya mengangguk, jujur aku malah menjadi merepotkan untuk Bumi. Dia benar-benar merawatku dengan baik, di membelikanku segelas teh hangat, mi cup yang hanya ku seruput kuahnya saja. Hingga dia memijat kepalaku. Sungguh belum pernah aku merasa diperhatikan sampai sejauh dengan cowok. Apalagi baru ku kenal beberapa jam yang lalu.

Pak supir memberikan aba-aba untuk masuk ke dalam bis lagi, aku menggandeng tangan Bumi. Dibalik tubuhnya yang besar ternyata dia seorang pria yang benar lembut. Bahkan aku sendiri bisa sedekat ini karena kebaikan dan kelembutan hati yang dimilikinya.

“Kamu tahu nggak salah satu cara aku biar nggak mabuk kendaraan?”

Aku menggeleng.

“Dengerin musik sambil nyanyi” Bumi memasangkan salah satu earphonenya ke telingaku. Kamulah satu-satunya yang ternyata mengerti aku maafkan aku selama ini… yang sedikit melupakanmu~

Bumi mengajakku bernyanyi pelan, sepertinya suara yang aku dengar tadi siang adalah suara Bumi. Aku tidak sempat bertanya kenapa dia sangat menyukai lagu ini? Padahal ini adalah lagu lawas. Aku juga bingung kenapa aku jadi ikut bernyanyi?

Pagi ini, tepat pukul 05.30 pagi kami telah sampai di kota Surabaya jarak dari Surabaya ke kota Malang sekitar 2 jam. Tandanya perjalananku dan Bumi akan selesai. Aku menatap Bumi yang keluar dari pintu Mushola. Aku heran biasanya bis malam tidak peduli waktu sholat dan meminta penumpangnya untuk menjamak sholat. Tapi kenapa bis yang kali ini aku tumpangani kali ini sangat pengertian dengan penumpangnya. Sholat 5 waktu tidak pernah terlewatkan, dan insiden tadi malam jadi waktu istirahat setelah makan siang.

“Hei! Ngalamun aja. Kamu udah sholat?”

“lagi nggak boleh sholat. Emm… nggak kerasa udah di nyampe Surabaya ya”

“Iya cepet juga, kalau naik kereta mungkin lebih cepet.”

“Btw sorry ya soal semalem, aku bener-bener nggak sengaja.”

“Iya santai aja, harusnya kalau kamu mau mabuk kendaraan bilang aja. Kan aku bisa nyiapin P3K. oh ya karena kemarin kamu tidur terus kita jadi nggak banyak ngobrol”

“Iya, sebenarnya aku sudah lama nggak naik bis. Terakhir kali naik bis Cuma waktu SD kelas 2, dan jaraknya cuma Jakarta – Banten doang. Karena waktu itu jalanan macet perjalanannya terasa sangat lama. Aku juga muntah-muntah waktu itu, dan sesampainya di Banten aku langsung bilang ke Mamah kalo gak mau naik bis lagi.”

“Sorry Nin, aku malah jadi nggak enak sama kamu. Harusnya aku nggak maksa kamu buat naik bis, pasti selama perjalanan kamu tersiksa banget ya.”

“Udah gak usah minta maaf, kamu udah ngerawat aku dengan benar kok!”

Obrolan kami terus berlanjut, menurutku jarak antara Surabaya dan Malang yang ku rasa jauh menjadi dekat. Selama perjalanan Bumi selalu bercerita banyak hal, ternyata dia adalah seorang atlet “Rock Climbing”. Mendengar itu aku langsung kagum dengannya. Pasti keseharian dia dipenuhi dengan hal-hal yang memacu adrenalin.

“Bumi itu tempat kita berpijak, Bumi juga namaku. Jadi saat setiap aku memanjat tebing, aku merasa bumi sedang memanggilku.”

Kalimat yang puitis untuk seorang cowok seperti Bumi. Aku tak bisa merespon apapun selain tersenyum padanya. Mata kami saling bertatapan, tangan Bumi yang besar menyentuh pipiku yang mungkin lebih kecil dari tangannya. Aku merasakan jari jemarinya yang mengelus-elus. Aku tidak sadar dan reflek langsung memeluknya, dan kebetulan saja suasana bis sangat sepi. Suasana dalam bis seakan sangat mendukung hampir sebagian penumpang di sini tertidur pulas. Tatapan kami semakin dalam, pelahan aku mendekatkan wajahku dengan wajah Bumi. Aku ingin untuk perpisahan terakhir kami kenanglah ini Bumi.

Aku mengecup hidungnya yang mancung, bagiku itu adalah lambang terima kasih untuk Bumi. Aku saling memberikan senyuman, pagi ini kami layaknya seorang pengantin yang sedang ingin berbulan madu. Semakin halus Bumi mengelus pipiku dengan kedua tangannya, dan semakin dalam aku menatap Bumi.

Tepat pukul 08.00 kami telah sampai di terminal Arjosari Malang. Tepat di pintu gerbang keluar, tanganku dan Bumi masih saling bergandengan. Jujur aku ingin perjalanan kali ini tidak berakhir seperti ini. Aku ingin perjalanan ini berakhir pada status pasangan kekasih.

“Kita harus berpisah.”

“Iya, terima kasih Bumi. Aku ingin sekali memelukmu”

Bumipun tersenyum tanpa pikir panjang, ia kemudian memelukku. Dalam pelukannya aku bercerita dan sekaligus berharap.

“Tujuanku ke Malang adalah untuk menemui saudaraku yang menikah. Setiap acara keluarga banyak orang yang membawa pasangannya, jadi bolehkah kamu menemaniku dan menjadi pasanganku?”

Mendengar itu Bumi melepaskan pelukannya. Ia menundukkan kepala, jujur saja meskipun baru mengenalnya satu hari saja. Aku merasa sangat yakin dengannya, aku tak peduli meskipun Ia menganggapku sebagai wanita murahan sekalipun. Aku hanya ingin jujur dengan perasaanku sebelum akhirnya kami berpisah.

Bumi mengangkat kembali kepalanya dan memandangku. Ia masih saja memberikan senyuman tapi kali ini senyumannya begitu masam.

“Aku sudah punya pacar di Malang Nin. Aku tak bisa mengkhianatinya.”

Merangkai “Kata” Dan Kata Dari Rintik Sedu

Merangkai “Kata” Dan Kata Dari Rintik Sedu

Merangkai “Kata” Dan Kata Dari Rintik Sedu

Buku “Kata” merupakan buku yang ditulis oleh Rintik Sedu, buku ini cocok untuk anak milenial sekarang. Entah ini dibilang risensi, review atau justru sipnosis. Aku memang kurang cocok untuk mengulas sebuah buku yang diawali dengan hal yang dibilang terlalu “teknis.”Merangkai “Kata” Dan Kata Dari Rintik Sedu

Aku hanya ingin menyampaikan pendapatku mengenai buku ini. Sebagai pembaca jujur buku ini cukup membuatku terbawa dalam perasaan emosional seperti, rasa jengkel, senang, bahagia, dan terharu terutama pada beberapa bagian pada bab-bab terakhir.

Si Binta yangsulit mempercayai cinta

Bisa dibilang ini merupakan sebuah kisah cinta segitita antara Binta, Biru dan Nugraha awalnya. Tapi semakin membaca aku menyadari jika penulis menyampaikan pesan kebahagiaan yang bisa dicapai siapa saja, tanpa peduli masa lalunya.

Pada bab pertama mengisahkan seorang mahasiswi ilmu komunikasi di salah satu Universitas di Jakarta  bernama Binta harus berhadapan dengan kondisi psikologi yang tertekan saat mengetahui Ayahnya pergi meninggalkan dia saat masih berusia belia.  Rasa sakit hati karena ditinggal sang Ayah, membuatnya tak percaya lagi akan cinta. Karena menurut Binta Ayah adalah cinta pertama bagi putrinya. Rasa sakit hati bukan hanya untuk Binta namun untuk Ibunya juga, yang mengidap gangguan kejiwaan skizofrenia, dimana hampir setiap hari Ibunya berhalusinasi tentang kehadiran sang Ayah. Tentu ketidakpercayaan Binta terhadap cinta pun bertambah.

Sakit hati yang dirasakan mempengaruhi kehidupan sosial Binta. Ia menjadi seorang yang introvert, Binta hanya memiliki 1 sahabat saja namanya Cahyo. Bahkan terkadang Cahyo merasa prihatin dengan keadaan Binta.

Kehadiran Nugraha dalam hidup Binta

Selain menceritakan Binta, sebagai tokoh utama wanita utama. Namun pada bab-bab awal diceritakan pula salah satu tokoh utama. Nug, atau Nugraha. Nugraha adalah laki-laki yang satu kampus dengan Binta dari jurusan arsitektur dan sekaligus menjadi teman Cahyo. Nugraha digambarkan sebagai seorang yang lucu, tulus dan keras kepala. Hal itu nampak jelas saat ia berusaha keras untuk mendekati Binta meskipun selalu saja dia ditolak mentah-mentah.

Kedekatan antara keduanya bermula, saat Nugraha meminta Binta untuk mengajari anak-anak pinggir rel kereta api menggambar. Keahlian gambar Binta didapatkan dari sang Ayah, mungkin sempat Binta menolak permintaan Nug. Namun Nug selalu mempunyai cara yang unik untuk membuat Binta terus bersamanya meskipun terkadang melakui dirinya sendiri.

Semakin lama rasa simpati Nug berubah menjadi cinta. Mungkin sudah berapa kali Nug menyatakannya namun sudah berapa kali pula Binta menolak. Rasa cinta Nug begitu tulus, sehingga ia rela membiarkan Binta pergi demi kebahagiaan orang yang ia cintai.

Biru cerita dari masa lalu Binta

Masa kecil Binta sama seperti gadis lainnya, yang memiliki teman. Biru namanya, dan Biru selalu memanggil Binta dengan “Senjani”, sebuah senja di langit biru. Dulu bagi Binta, Biru adalah dunianya, Biru memberikan planet indah baginya, berbeda dengan “semesta” saat ini. Biru bukan hanya sekedar teman lama di masa kecil, namun juga lelaki yang terus memberikan kebahagiaannya melalui kata indah. Akan tetapi perpisahan mereka terjadi, setelah lulus SMA membuat Binta semakin terpuruk menahan rindu. Hingga dalam sebuah kesempatan akhirnya mereka bersama dalam liburan singkat di Banda Neira. Namun, bukan rindu yang terbalas malah kekecewaan yang besar terhadap Biru.

Binta ingin kejujuran hati dari Biru, tapi Biru tak ingin Binta menderita jika Ia terus bersamanya. Hingga pada akhirnya mereka saling tersakiti.

Akhir dan pesan yang indah dimana Binta harus memilih

Pada akhirnya tak mudah bagi Binta untuk berani mengutarakan apa yang hatinya inginkan. Sakit hati adalah risiko yang harus diterima bagi siapapun yang menginginkan kejujuran, namun tidak selamanya risiko berkata jujur akan seburuk yang dibayangkan. Jika seseorang mau menghadapi sebuah luka dengan kesabaran maka percayalah kebahagiaan akan datang, sama seperti Binta. Ia adalah seseorang yang selalu menyalahkan semesta namun pada akhirnya Ia memahami semua yang Ia alami adalah untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Semesta yang dianggap tak pernah mendukungnya, justru selalu sabar menemani Binta.